Beritainternusa.com,Jakarta – Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyoroti bertamunya para peserta didik Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah (Sespimmen) Polri di rumah mantan Presiden Jokowi pada Kamis (17/4/2025) lalu.
Pada acara itu, Jokowi disebut turut memberikan arahan kepada para calon jenderal polisi tersebut. Sehingga hal ini dinilai sangat janggal dan bernuansa politis.
Memang janggal, bagi masyarakat biasa yang terus mengunjungi Jokowi mungkin tidak menjadi soal, tetapi kelompok elite semacam ini berisiko mengganggu wibawa presiden (sekarang),” kata Dedi, Senin (21/4/2025).
Di sisi lain, presiden sebelum Jokowi, yakni SBY dan Megawati Soekarnoputri diketahui tidak pernah melakukan hal serupa. Dedi menduga Jokowi terus berupaya menunjukkan powernya meski sudah tidak lagi berkuasa.
SBY dan Megawati tidak melakukan itu. Bisa jadi Jokowi dihinggapi post power syndrom, merasa masih berkuasa dan memang menyukai dipuji berlebihan,” tandasnya.
Kritik yang sama juga dilontarkan oleh pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga. Ia menilai acara yang dibungkus dengan sebutan silaturahmi itu sulit dipercaya.
Sebab, menurut Komisaris Besar Denny, pertemuan itu untuk meminta masukan untuk perkembangan ke depannya,” kata Jamiluddin, dikutip dari RMOL.
Menurutnya, perkembangan ke depan yang dimaksud belum jelas. Terlebih, hal itu berkaitan dengan kepemimpinan agar bisa menghadapi tantangan global pada era digital, kecerdasan buatan atau kecerdasan artifisial (AI) serta robotik.
Kiranya aneh, bila Serdik Sespimmen Kepolisian itu meminta masukan terkait kepemimpinan kepada Jokowi. Sebab, kepemimpinan Jokowi selama 10 tahun jadi presiden justru kontroversial. Bahkan kepemimpinannya terus mendapat sorotan pasca lengsernya Jokowi dari presiden,” jelasnya.
Lebih aneh lagi, kata Jamiluddin, kepemimpinan yang ingin diketahui para Sespimmen berkaitan dengan kecerdasan buatan atau AI serta robot. “Di bidang ini, tanpa bermaksud merendahkan Jokowi, ia tentulah bukan pakarnya,” tegasnya.
Atas dasar itu, Jamiluddin berpandangan bahwa para Sespimmen menghadap Jokowi sangat tidak logis. Bahkan, terkesan sangat tidak pantas karena bukan pada tokoh figur yang selayaknya. “Jokowi bukanlah sosok yang pas untuk belajar di bidang tersebut,” ujarnya.
Anehnya lagi, Jokowi justru mau menerima para Serdik Sespimmen tersebut untuk membahas yang bukan kompetensinya. Kesannya justru Jokowi memberi arahan kepada Serdik Sespimmen Polri tersebut,” lanjut Jamiluddin.
[Admin/itbin]