Ilustrasi

Beritainternusa.com,Jakarta – Sebanyak 50 perusahaan dan 60.000 pokerja di Indonesia terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 2025. Sektor tekstil, garmen, hingga sepatu terimbas PHK. Indonesia dilanda badai PHK.

Hal itu diungkap Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Partai Buruh, Said Iqbal.

Bisa dibilang ini adalah badai PHK Lebih dari 60.000 orang ter-PHK,” ujarnya pada Kamis (13/3/2025).

Dari 50 perusahaan itu, tercatat ada 15 perusahaan dinyatakan pailit. 

Industri manufaktur Indonesia menghadapi tantangan berat di awal tahun 2025 dengan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang melanda berbagai perusahaan besar.

Banyak perusahaan tekstil, elektronik, dan furnitur terpaksa menutup pabrik serta merelokasi produksi mereka ke luar negeri. Alasan utama dari langkah ini adalah penurunan permintaan pasar, kerugian finansial, dan efisiensi operasional.

Salah satu perusahaan yang paling terdampak adalah PT Sri Rejeki Isman (Sritex), yang dinyatakan pailit pada Oktober 2024. Sritex melakukan PHK terhadap lebih dari 10.000 pekerja di beberapa lokasi, termasuk di Semarang, Sukoharjo, dan Boyolali, sejak Januari 2025.

Berikut adalah daftar perusahaan yang melakukan PHK besar-besaran atau berpotensi melakukannya pada 2025:

PT Sritex Group

Setelah dinyatakan pailit, PT Sritex Group melakukan PHK terhadap lebih dari 10.000 karyawan.

Gelombang PHK dimulai sejak Januari 2025 dan melibatkan sejumlah unit perusahaan, termasuk PT Bitratex dan PT Primayuda.

PT Sanken Indonesia

Perusahaan asal Jepang ini memutuskan untuk menutup pabriknya di Bekasi pada Juni 2025. Sebanyak 450 pekerja terdampak akibat penutupan ini.

Yamaha Music

PT Yamaha Music Indonesia akan menutup dua pabriknya di Cikarang dan Pulo Gadung pada 2025, mempengaruhi sekitar 1.100 karyawan. Produksi akan dipindahkan ke China dan Jepang akibat penurunan permintaan pasar domestik.

KFC Indonesia

Beberapa gerai KFC Indonesia juga mengalami PHK terhadap karyawannya sejak awal 2025, meskipun jumlah pasti belum diumumkan.

PT Tokai Kagu Indonesia

Perusahaan furnitur ini, yang berbasis di Bekasi, dilaporkan telah menutup operasinya dan merumahkan lebih dari 100 pekerja.

PT Danbi International

Perusahaan produksi bulu mata palsu di Garut ini dinyatakan pailit pada Februari 2025, dengan lebih dari 2.000 pekerja yang masih menunggu kepastian pembayaran hak mereka.

PT Bapintri

PT Mbangun Praja Industri (Bapintri), pabrik tekstil di Cimahi, Jawa Barat, terpaksa melakukan PHK terhadap 267 pekerja akibat kerugian finansial yang terus berlanjut.

PT Adis Dimension Footwear

Perusahaan produsen sepatu ini merumahkan sekitar 1.500 karyawan karena penurunan permintaan pasar serta efisiensi biaya operasional.

PT Victory Ching Luh

PT Victory Ching Luh yang memproduksi sepatu juga dalam proses PHK terhadap 2.000 karyawan di Banten, menurut data yang diterima oleh Dinas Ketenagakerjaan setempat.

Alasan PHK

Gelombang PHK yang melanda perusahaan-perusahaan ini menunjukkan tekanan besar yang dihadapi oleh industri manufaktur Indonesia.

Banyak perusahaan yang memilih untuk merelokasi produksinya ke negara lain demi mengurangi biaya operasional, sementara sebagian lainnya terpaksa menutup pabrik akibat ketidakmampuan bertahan dalam persaingan pasar yang semakin ketat.

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menyarankan agar perusahaan-perusahaan yang melakukan PHK untuk memastikan bahwa proses ini sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kesepakatan bersama dengan serikat pekerja. Namun, bagi ribuan pekerja yang terdampak, kehilangan pekerjaan tetap menjadi pukulan besar yang harus mereka hadapi.

[Admin/tbbin]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here