Beritainternusa.com,Jakarta – Pengamat politik Hendri Satrio menilai Pemilu 2024 jauh berbeda dengan pemilu sebelum-sebelumnya, termasuk Pemilu 2019. Menurutnya, Pemilu 2024 ini kesan kepentingan kekuasaan sangat terasa.
Penggagas lembaga survei KedaiKOPI itu mengatakan, perbedaan dengan pemilu sebelumnya tampak saat calon presiden justru melobi orang yang berkuasa, bukan kepada rakyat.
Problemnya, pada 2019 lalu lobi-lobi politik dilakukan si calon presiden dan calon wakil presiden kepada rakyat, supaya rakyat memilihnya,” kata Hendri pada diskusi OTW 2024 dengan tajuk ‘Menakar Pilpres Pasca Putusan MK’ di Hotel AONE, Jakarta Pusat, Selasa (17/10/2023).
Yang terjadi hari ini, lobi-lobi dilakukan calon presiden dan calon wakil presiden kepada orang yang berkuasa. Dengan harapan orang yang berkuasa memberikan kekuasaannya agar bisa berkuasa,” imbuhnya dikutip dari Law-Justice.
Perbedaan kultur politik antara 2019 dan 2024 itu, kata Hensat, memantik adanya drama politik di Mahkamah Konstitusi (MK). Jadi, itu perbedaan signifikan yang sedang terjadi hari ini. Terjadilah drama-drama di MK itu,” katanya.
Menurut Hensat, Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi bakal gagal jika memaksakan diri maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto. “Putusan MK ternyata belum selesai. Mas Gibran bakal gagal melenggang,” pungkasnya.
[Admin/itbin]