Beritainternusa.com,Jakarta – Dewan Kolonel, kelompok loyalis Puan Maharani yang dicetuskan oleh elite PDIP mengundang perbincangan publik, termasuk pengamat politik Rocky Gerung.

Ya itu yang sedang menarik, bicara tentang strategi PDIP untuk mengatur politik melalui Dewan Kolonel, kan itu yang lagi heboh sekarang,” kata Rocky dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Rabu (21/9/2022).

Namun penamaan Dewan Kolonel ini memang sangat mencuri perhatian publik, apalagi karena secara kebetulan terbentuk pada bulan September yang erat akan peristiwa G30S/PKI.

Rocky menilai posisi “kolonel” di kesatuan masih efektif untuk memegang komando, tetapi tidak terlalu politis bila dibandingkan dengan istilah “jenderal”.

Kalau ada kata ‘kolonel’ dalam politik mengingatkan kita pada Kolonel Untung (Letkol Untung) di Indonesia. Tapi ada juga Kolonel Khadafi, Gringo Honasan,” tutur Rocky.

Jadi memang kedudukan kolonel itu paling efektif karena masih memegang komando. Kalau sudah jenderal kan sudah elite, sifatnya lebih politis. (Penamaan) Dewan Kolonel tentu untuk efektivitas komando,” sambungnya.

Namun penamaan kelompok ini sebenarnya berpotensi memunculkan beragam pertanyaan usil, apalagi untuk trah Soekarno yang berkaitan erat dengan isu Dewan Jenderal pada tahun 1965 silam.

 (Tapi) pasti itu sudah diperhitungkan, istilah Dewan Jenderal atau Dewan Kolonel. (Memang mengingatkan) dengan nama-nama tadi, ada Gringo Honasan, Kolonel Untung, tapi ada juga Kolonel Soeharto.”

Tapi kelihatannya yang dimaksudkan ada efisiensi dalam organisasi, karena kan Mbak Puan harus digelontorkan suara, digelontorkan maksudnya dinaikkan popularitasnya. Ya mungkin sistem yang dipandu oleh tradisi kolonel itu yang menaikkan Mbak Puan,” ungkap Rocky.

Justru publik sebaiknya menghormati saja pembentukan kelompok loyalis tersebut dan menantikan sepak terjangnya, yang menurut Rocky dapat terlihat di baliho-baliho Puan berikutnya.

[Admin/itbin]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here