Beritainternusa.com,Jakarta – Bripka RR menceritakan sekelumit peristiwa di Magelang pada kuasa hukumnya, Erman Umar. Pada Erman Umar, Bripka RR mengaku tidak mencium indikasi atau mencurigai adanya dugaan pelecehan atau kekerasan seksual terhadap istri FS, PC oleh Brigadir J.
Peristiwa di Magelang yang diketahui dan dilihat langsung Bripka RR adalah adanya ketegangan antara Brigadir J dengan KM, sopir keluarga Sambo.
Bripka RR juga melihat Susi, asisten rumah tangga FS menangis di lantai dua rumah. Sementara PC menurut Bripka RR, berbaring di kamarnya.
Bahkan menurut Bripka RR, PC mencari Brigadir J, kala itu, yang menurutnya tidak ada tanda-tanda telah dilecehkan oleh Brigadir J. Hal itu dikatakan Bripka RR kepada kuasa hukumnya Erman Umar yang kembali dikatakannya dalam tayangan di TV One, Senin (12/9/2022).
Menurutnya yang memang menjadi misteri dalam peristiwa itu, adalah kenapa Susi menangis dan apa penyebabnya.
Yang memang menjadi pertanyaan saat itu, apa penyebab Susi menangis. Bripka RR tidak tahu penyebabnya, padahal Ibu PC tidak menangis dan berbaring di kamarnya. Semuanya diam, soal Susi menangis ini, dan RR tidak tahu penyebab Susi menangis,” katanya.
Erman mengatakan sebenarnya tugas Bripka RR sebagai ajudan khusus, utamanya menjaga dua anak FS di Magelang yang bersekolah di SMA Taruna Nusantara Magelang.
Dimana mereka duduk di kelas I dan III. Namun saat pandemi dan sekolah online, Bripka RR juga tugas di Jakarta,” kata Erman.
Karenanya kata dia saat sehari sebelum pulang ke Jakarta, yakni tanggal 7 Juli 2022, dimana ada kejadian di Magelang, Bripka RR sedang mengurus dua anak FS di Taruna Nusantara bersama Bharada E.
Saat di Taruna Nusantara, kata Erman, Bripka RR diminta pulang oleh ibu PC. Dia dipanggil sama ibu PC, di suruh pulang ke rumah, panggilan saat itu lewat telepon kepada RR,” kata Erman.
Pada saat kembali ke rumah kata Erman, menurut Bripka RR di lantai 1 rumah, kosong.
Saat Bripka RR naik ke atas, dia lihat KM dalam keadaan panik dan tegang. Dia tanya, ada apa pak KM. Pak KM jawab, ‘Enggak itu tadi si J, naik turun naik turun, saya tanya, dia lari ke bawah. Dia gak mau dengar saya. Kenapa itu anak,’. Itu jawaban KM,” katanya,
Saat itu kata RR, kondisi Susi menangis,” ujar Erman.
Bripka RR menceritakan bahwa Brigadir J naik ke lantai 2 dan mencoba melihat keadaan ibu PC yang diduga sakit.
Tapi dihalangi oleh KM dengan pakai pisau. Akhirnya J turun lagi ke bawah,” katanya.
Kemudian kata Erman, KM mempersilakan Brigadir RR melihat kondisi ibu PC yang berbaring di dalam kamar di lantai 2 tersebut.
Dia buka pintu kamar ibu, dan tanya. ‘Ada apa Bu?’. Ibu tidak menjawab, tetapi malah bertanya. ‘J dimana?’,” kata Erman.
Menurutnya setelah itu Bripka RR hendak turun ke lantai 1 untuk menemui Brigadir J.
Namun kata Erman, karena ada ketegangan antara Brigadir J dengan KM, Bripka RR berinisiatif menyembunyikan senjata api milik Brigadir J.
Kemudian dia berinisiatif, yang mungkin diketahui juga sama RR. Bagaimanapun J ada senjatanya. Ada pisau dan senapan panjang. Bripka RR berinisiatif dipindahin senjatanya ke kamar anaknya FS. Di kunci di kamar itu senjatanya. Karena Bripka RR khawatir ada apa-apa. Sebab sebelumnya kan ada ketegangan antara Brigadir J dengan KM,” ujar Erman.
Tujuan Bripka RR melakukan itu, kata Erman, agar tidak ada kejadian yang tidak diinginkan jika terjadi pertengkaran kembali antara Brigadir J dengan KM.
Kemudian Bripka RR turun ke bawah. Dia cari J. Karena perintah ibu PC kan, tanya J dimana?,” kata Erman. Bripka RR lalu bertemu Brigadir J dan menanyakan ada masalah apa dengan KM.
Bripka RR tanya ke J, ada apa dan kenapa bersitegang dengan KM. J menjawab agak marah, ‘Iya bang, saya gak ngerti itu kenapa Om KM, marah-marah ke saya’. begitu jawaban J,” kata Erman.
Kemudian kata Erman, Bripka RR memberitahu Brigadir J, bahwa dirinya dicari dan dipanggil oleh ibu PC.
Karena tadi kan Ibu tanya J dimana, maka Bripka RR berinisiatif memanggil Brigadir J. Kamu tadi ditanyain, Ibu’ begitu kata Bripka RR ke J,” kata Erman.
Kemudian Bripka RR dan Brigadir J ke lantai atas. J masuk ke kamar dan duduk di bawah, sementara Ibu PC tetap berbaring di kasur. RR tidak ikut masuk ke kamar,” katanya.
Bripka RR, kata Erman menunggu di pintu dan agak berjarak. “Sehingga Bripka RR tidak mendengar pembicaraan Brigadir J dengan ibu PC,” katanya.
Tak lama kata dia kemudian Brigadir J keluar kamar, dan bersama Bripka RR kembali turun ke lantai 1.
Pada saat mereka turun, Bripka RR ikuti J, karena khawatir supaya jangan ada pertengkaran lagi dengan KM. Bripka RR antar sampai ke bawah. Dia sempat tanya J juga, ada apa lagi. Yang kedua ini jawaban J melunak, ‘Udah bang, gak ada apa-apa bang’. Ini berbeda dengan pertama sebelum J bertemu Ibu PC,” katanya.
Dari keterangan Bripka RR, kata Erman, kliennya sama sekali tidak melihat adanya dugaan pelecehan atau kekerasan seksual kepada ibu PC yang diduga menjadi motif pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.
Jadi menurut RR, kejadian di Magelang tidak seperti yang dibayangkan. Dia tidak melihat dan tidak tahu adanya pelecehan ke Ibu PC,” kata Erman.
Seperti diketahui dalam kasus pembunuhan Brigadir polisi sudah menetapkan lima tersangka.
Yakni FS dan istrinya PC, dua ajudannya Bripka RR dan Bharada E serta KM, sopir sekaligus ART keluarga FS.
Mereka dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, subsider Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan biasa, junto Pasal 55 dan 56 KUHP tentang permufakatan jahat.
Dengan ancaman hukuman, pidana mati, penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20 tahun
[Admin/tbbin]