Dedi Mulyadi bersama pasukan bersihkan sampah

Beritainternusa.com,Jabar – Dedi Mulyadi, anggota DPR RI yang diprotes seorang mahasiswa bernama Yudha Dawami Abdas, datang ke rumah singgah yang kerap dijadikan tempat diskusi mahasiwa di Purwakarta.

Dia sengaja datang ke sana membawa ‘pasukan bersenjata’ , sekaligus mencari Yudha yang kerap berdiskusi di tempat itu.

Seperti hari saat Dedi Mulyadi diprotes Yudha karena memunguti sampah di Pasar Rebo Purwakarta, dia juga membawa pasukan ‘bersenjata’ sapu dan perlengkapan untuk membersihkan sampah.

Rumah singgah tempat mahasiswa berdiskusi itu dibersihkan.

Dedi Mulyadi mendapati rumah singgah itu kotor dan berantakan.

Sebelumnya Kang Dedi Mulyadi diprotes oleh Yudha Dawami Abdas saat membersihkan lingkungan Pasar Rebo Purwakarta.

Yudha mempertanyakan kewenangan dan dasar hukum Dedi Mulyadi memunguti sampah di Pasar Rebo.

Di rumah singgah itu, Dedi Mulyadi teringat saat ia menjadi mahasiswa. Saat itu rumah singgah ini menjadi Sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Purwakarta.

Di saat yang sama Dedi merupakan pelopor sekaligus ketua pertama HMI Purwakarta.

Ia berkeliling rumah sambil mencari Yudha untuk melanjutkan diskusi protes mengenai aksi bersih-bersih pasar.

Namun yang didapati hanya halaman dan isi rumah yang berserakan sampah. Tak lama keluar seorang mahasiswa namun bukan Yudha.

Mahasiswa  tersebut membenarkan Yudha sering berdiskusi bahkan bermalam di tempat itu.

Namun saat ini Yudha tidak ada di lokasi dan sedang pulang ke rumahnya di Plered, Purwakarta.

Saya dulu pendiri HMI, membangun peradaban di sini. Sekarang mahasiswa rajin kritik tapi minim berbuat,” ujar Dedi kepada mahasiswa tersebut.

Dedi pun mempertanyakan apa saja yang diperbuat para mahasiswa di tempat tersebut hingga terlihat banyak sampah dan daun dibiarkan berguguran di halaman.

“(Lihat halaman penuh sampah) malu enggak anda? Kemarin bikin pernyataan di media tentang kewenangan, hak dan kewajiban. Anda sendiri tinggal di sekretariat milik Uda Herman, tapi tidak anda urus,” kata Dedi.

Menurut Dedi era saat ini berbeda dengan zaman ia masih mahasiswa. “Dulu zaman saya tahun 90-an itu abad kritik, karena kritik itu sangat susah. Nah abad ini kritik bebas tapi harus ada perbuatan yang dilakukan,” katanya.

Kalau abad ini anak-anak HMI tidak ada perbuatan, susah ada tempat karena pesaing semakin banyak. Dulu tahun 80-90-an kita (HMI) paling hebat. Tapi sekarang susah kalau tidak ada tindakan riil,” ucap Dedi menasehati pemuda yang mengaku sebagai Ketua HMI Purwakarta itu.

Apa yang dilakukan Dedi saat membersihkan lingkungan pasar tak lain untuk memberikan contoh dan motivasi kepada yang lain.

Sebab ia yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI masih mau turun untuk memunguti sampah kotor di pasar.

Saya saja Wakil Ketua Komisi IV DPR RI mau kotor-kotoran kenapa masyarakatnya tidak mau, mahasiswanya tidak mau. Saya sebenarnya sedang mengajarkan pada orang. Seharusnya ributnya bukan ke saya tapi ke setiap orang yang memiliki kewajiban,” ujar Dedi.

Tak sampai di situ Dedi mengaku tahu siapa orang yang menyuruh diskusi dan melakukan aksi protes kepadanya. “Pernyataan HMI, orang yang protes ke saya dan ada orang nge-WA ke saya terus itu pikirannya sama. Saya tahu kok,” ucapnya.

Terakhir Dedi pun mengingatkan kepada mahasiswa tersebut bahwa saat ini adalah era pandai bekerja bukan lagi ahli kritik. Terlebih kritik yang disampaikan tidak beradab.

Hari ini abadnya, abad pekerja. Dan caranya (kritik) jangan tidak beradab. Saya sebagai alumni HMI malu dengan cara itu karena teman-teman HMI melawan arus publik. Kasihan bisa habis masa depannya,” ujar Kang Dedi.

Dalam kesempatan itu Dedi yang datang bersama sejumlah tukang sapu langsung melakukan aksi bersih-bersih mulai dari halaman depan hingga ke bagian belakang rumah singgah yang kotor tersebut.

[Admin/tb]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here