Beritainternusa.com,Jateng – Geger! 24 orang ditangkap polisi setelah kedapatan menyebar selebaran ajakan untuk melakukan kekerasan dan penjarahan di Blora, Jateng. Dalam selebaran itu ditulis, aksi akan dimulai hari Jumat Legi. Provokasi itu segera dibongkar dan digagalkan oleh polisi.
Berikut 7 fakta terungkapnya provokasi penjarahan di Blora:
Selebaran yang disebar di beberapa kecamatan itu ditulis menggunakan bahasa Jawa. Di bagian atas selebaran itu dicatut nama almarhum Samin Surosentiko, tokoh penentang penjajahan Belanda yang hingga kini masih punya banyak pengikut di Blora dan sekitarnya.
Kapolres Blora AKBP Wiraga Dimas Tama mengatakan, bahwa selebaran yang mengatasnamakan Samin Surosentiko itu tidaklah benar.
Wiraga mengimbau agar masyarakat tidak terprovokasi. “Saya menghimbau agar masyarakat tidak terprovokasi. Sedangkan dari komunitas Samin sendiri juga sudah menyampaikan bahwa hal itu tidak benar,” terangnya.
Sementara itu tokoh Sedulur Sikep, Gun Retno dengan tegas memastikan selebaran itu provokasi yang dibuat oleh orang yang sama sekali tak paham dengan ajaran Samin Surosentiko, tokoh yang menjadi panutan Komunitas Sedulur Sikep.
Ajaran Samin Surosentiko, kata Gun, menganjurkan semua pengikutnya berlaku jujur, tidak berbuat iri dan dengki, antikekerasan (dilarang bertengkar) dan tidak boleh mengambil barang yang bukan miliknya.
Saya menerima selebaran dari saudara-saudara di Kedungjambu, Ploso, dan saya juga mendapatkan kabar dari Whatsapp tulisan selebaran ini disebar dimana-mana. Di tulisan ini jelas tertulis mengatasnamakan Surosentiko Samin,” kata Gun Retno dalam video penjelasan dalam bahasa Jawa yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh detikcom.
Selebaran yang ditulis dengan bahasa Jawa ini mengajak untuk melakukan kerusuhan dan menjarah usaha milik etnis tertentu. Bahkan dalam tulisan selebaran tersebut persenjataan seperti bom, pistol dan granat telah dipersiapkan.
Di selebaran ini jelas ini provokasi mengajak menjarah, mengatakan berangkat senjata sudah disiapkan, menyasar toko-toko dan lain-lainnya. Ini menandakan ada provokasi-provokasi dan itu tidak benar,” kata Gun Retno, tokoh Sedulur Sikep.
Kasat Reskrim Polres Blora AKP Setiyanto mengatakan, usaha seperti toko swalayan moderen, diler motor dan mobil, pom bensin dalam selebaran itu akan menjadi sasaran penjarahan dan kerusuhan.
Tidak butuh waktu lama untuk polisi menangkap para terduga pelaku. Kasat Reskrim Polres Blora AKP Setiyanto mengatakan, awalnya ada rentetan penangkapan di 3 tempat berbeda.
Jadi awalnya ada penangkapan di 3 tempat berbeda. Mendengar ada kawannya tertangkap. Para pelaku akhirnya berkumpul dirumah orang yang menginisiasi gerakan dan kita amankan,” terangnya.
Total ada 24 terduga pelaku yang telah diamankan dan dibawa ke Mapolres Blora. Ke 24 terduga pelaku itu, diamankan di Desa Galuk, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora.
Dari 24 orang yang telah diamankan ada 1 otak pelaku dan 2 orang berperan penting seperti menulis dan mencetak, sedangkan sisanya adalah ikut – ikutan dan hanya melakukan penyebaran selebaran. Tapi ini masih kita dalami lagi,” Jelasnya.
Setiyanto mengatakan, dapat dipastikan otak pelaku dan para pengikutnya itu bukan dari komunitas Sedulur Sikep yang mengamalkan ajaran dari Samin Suro Sentiko seperti yang tertulis dalam selebaran.
Saya pastikan bukan dari golongan Sedulur Sikep. Itu hanya main klaim. Otak pelaku oleh masyarakat dikenal sebagai dhukun suwuk (paranormal kampung). Ajaran Samin tidak mengajarkan penjarahan,” ungkapnya
Dari pengakuan pelaku, selebaran ajakan melakukan kekerasan itu telah dicetak sebanyak 1.000 lembar dan telah di sebar ke beberapa Kecamatan di Kabupaten Blora.
Motif para pelaku melakukan hal itu adalah untuk meminta jatah dari para pemilik usaha.
Motifnya sebenarnya adalah agar diperhatikan dan meminta jatah ke para pemilik usaha seperti diler motor, mobil, toko swalayan dan pabrik-pabrik,” kata Kasat Reskrim Polres Blora AKP Setiyanto saat ditemui wartawan, Kamis (11/08).
Setiyanto menjelaskan, dari pengakuan otak pelaku, hal itu dikarenakan kesulitan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.
Ekonomi serba sulit, pelaku yang merupakan dukun mengajak para pengikutnya untuk melakukan aksi tersebut. Para pelaku kebanyakan bekerja sebagai petani,” terangnya.
[Admin/dt]