Beritainternusa.com,DIY – Demi menyambung hidup di tengah pandemi, warga Kota Yogyakarta berbondong-bondong mendatangi kantor pegadaian untuk bertransaksi supaya mendapat suntikan dana segar.
Satu dari sekian banyak warga tersebut bernama Ngatisir mengatakan, dirinya datang ke kantor cabang Pagadaian Lempuyangan untuk menitipkan cincin agar dapat membawa pulang sejumlah uang.
Perempuan paruh baya itu mengaku sudah kesulitan bertahan hidup di tengah pandemi.
Apalagi semenjak kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat diberlakukan, penghasilannya sebagai penjual gorengan turun drastis.
Bahkan penghasilan sehari-hari dari jualan gorengan nihil, sementara modal untuk berjualan kembali sudah tidak ada.
Yang saya gadaikan cincin. Dapat pinjaman Rp1 juta. Ya karena kena PPKM buat nombok modal sama keperluan sehari-hari,” katanya, saat ditemui Kamis, (29/7/2021).
Hari-hari biasanya Ngatisir kerap menjual gorengan sejak pagi sampai dengan siang hari.
Semenjak muncul kebijakan PPKM oleh pemerintah, omzet dari jualannya terus menurun hingga akhirnya ia memilih libur sembari menunggu kondisi kembali pulih.
Cincin miliknya itu ia gadaikan selama 4 bulan, dan kini Ngatisir belum terpikirkan bagaimana cara melunasi tagihan gadainya nanti, karena yang ia harapkan saat ini kondisi pandemi segera berakhir.
Saya gadaikan 4 bulan. Harapannya ya PPKM diakhiri, karena saya juga gak dapat bansos. Tahun kemarin hanya dapat dari prakerja. Sekarang belum dapat,” terang dia.
Ditemui di tempat yang sama, Kepala Kantor Pegadaian Cabang Lempuyangan Hastono Wisnu Prabowo menyampaikan, dalam sepekan terakhir selama masa PPKM terjadi peningkatan transaksi di pegadaian sebanyak 5 persen.
Meningkatnya transaksi itu karena ia menilai kantor pegadian menjadi tujuan masyarakat untuk mendapat dana segar di tengah pandemi Covid-19.
Memang pada akhirnya banyak masyarakat secara ekonomi kesulitan lalu larinya ke pegadaian. Terbukti selama sepekan sekitar 5 persen kenaikan dari biasanya,” katanya ditemui di kantornya.
Dari tujuh outlet pegadaian yang dimiliki kantor cabang Lempuyangan, rata-rata barang yang digadai oleh masyarakat berupa emas.
Meski ada pula barang elektronik di antaranya laptop, Hp dan alat-alat berharga lainnya.
Dikatakan olehnya kenaikan 5 persen tersebut membuat transaksi modal dari pegadaian perharinya mencapai Rp500 hingga Rp900 juta.
Di saya tujuh outlet itu rata-rata transaksinya Rp500 juta sampai Rp900 juta. Kalau di kantor cabang Rp300 hingga Rp500 juta,” terang dia.
Rata-rata alasan masyarakat menggadaikan barangnya saat ini menurut Wisnu lantaran mereka sudah kehabisan modal, meski ada pula sebagian masyarakat menggadaikan barang untuk kebutuhan makan.
Dalam perjanjian gadai barang, apabila nasabah tak mampu melunasi tagihan modal maka perusahaan gadai berhak melelang barang milik nasabah.
Namun dikatakan Wisnus pihak Pegadaian sebisa mungkin meminimalisir terjadinya pelelangan barang milik masyarakat.
Di kami lelang sebisa mungkin kami hindari. Kalau benar-benar gak bisa kami lelangkan, ya gak akan kami lelangkan,” katanya.
Pelelangan barang milik nasabah menjadi alternatif terakhir, karena biasanya pihak pegadaian menawarkan perpanjangan sewa modal supaya barang tersebut dapat dipertahankan.
Selama nasabah bisa kami arahkan untuk menbayar sewa modalnya itu akan diperpanjang lagi,” ungkapnya.
Meski begitu, Wisnu tidak menampik bahwa ada sebagian masyarakat yang terpaksa melepas barang yang digadaikan karena terdampak pandemi, kemudian pemasukan betul-betul tidak ada sehingga sewa modal dan pinjaman tidak dapat diangsur.
Karena dampak pandemi luar biasa, tapi karena mereka merasa tidak mampu, usahanya gak jalan memang dia lepas,” ujarnya.
Namun demikian, jumlah nasabah yang barangnya terpaksa dilelang oleh kantor pegadaian kurang dari 1 persen dari total outstanding saham pegadaian sebesar Rp70 miliar.
“Kalau diawal pandemi ada banyak, tapi sekarang lelang kami dari total outsanding kami hanya 1 persen,” tegasnya.
Dikatakan Wisnu total penyaluran modal di pegadaian cabang Lempuyangan sebesar Rp140 miliar.
Sementara modal yang belum dilunasi oleh para nasabah sejak Januari sampai Juli 2021 nilainya mencapai Rp70 miliar.
Januari sampai sekarang Rp70 miliar. Itu yang tersisa, yang masih di nasabah. Kalau penyaluran kami sampai hari ini kan seperempatnya. Kami buat Januari dua kali jadi sekitar Rp140 miliar,” ungkap Wisnu.
Wisnu melanjutkan, nilai transaksi gadai terbesar untuk satu jenis barang ada yang mencapai Rp500 juta.
Sementara nilai secara akumulasi barang gadai menurutnya ada yang mencapai Rp1 miliar.
Nilai gadai akumulasi bisa Rp1 miliar. Satu jenis barang bisa Rp500 juta,” terang dia.
Tak bisa dipungkiri mereka yang datang ke kantor pegadaian bukan hanya masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Dijelaskan wisnu sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) dan kalangan parlente lainnya juga banyak yang turut menggadaikan barangnya.
ASN ada yang butuh uang terus gadaiakan di sini. Mereka juta butuh uang, sama seperti lainnya,” jelas pria yang kini menetap di Bantul ini.
[Admin/tb]