Beritainternusa.com,Jakarta – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), M Hidayat Nur Wahid mengapresiasi berbagai lapisan masyarakat yang mengecam dan menolak kejahatan Israel terhadap Palestina. Menurut Hidayat, ini merupakan bukti adanya keprihatinan bersama dan berlakunya ajaran agama yang mengajarkan kepedulian terhadap kemanusiaan.
Dia mencatat, selain massa dan tokoh-tokoh masyarakat atau pemuka agama Islam, banyak massa dan pemuka agama Yahudi maupun Katolik yang ikut demonstrasi. Mereka menyampaikan kecaman terhadap tindakan brutal Israel terhadap Palestina.
Jadi, tidak perlu hanya menjadi muslim, atau berideologi khilafah untuk menolak kejahatan penjajahan Israel di Palestina, meski mayoritas warga di Palestina beragama Islam dan tidak berideologi khilafah. Tetapi, cukup menjadi manusia sehat untuk melihat ketidakadilan brutal dan pelanggaran berulang terhadap kemanusiaannya warga Palestina. Rabbi dari kelompok Yahudi Ortodoks di Amerika Serikat pun ikut demo kecam kejahatan Israel, membakar bendera Israel, dan mendukung Palestina. Bahkan, Pastor Manuel Musallam di Palestina lebih keras lagi, dia menyerukan umatnya untuk melawan Israel,” katanya dalam keterangan, Rabu (19/5/2021).
Tak hanya itu, Hidayat juga mengatakan bahwa Asosiasi Karyawan Yahudi di Kantor Google turut mendesak agar perusahaan tersebut memberikan kecaman terhadap serangan Israel ke Palestina. Oleh karena itu, dia mengaku heran ketika di Indonesia ada sebagian orang yang mengalihkan isu dan membelokan ketidakadilan ini dengan isu ideologi khilafah, kemudian menyalahkan Hamas yang membela Bangsa Palestina, lalu bersimpati serta mendukung Israel padahal menjajah Palestina. Menurut Hidayat, sikap pengalihan isu diperlukan pihak Israel dan pendukungnya untuk menutupi kejahatan yang sudah mereka lakukan sejak sebelum tahun 1948-an ketika mereka memproklamasikan negara yahudi di atas tanah milik warga Palestina.
Sejak saat itu kejahatan dan teror zionis Israel berlanjut terus hingga perang tahun 1967 yang dilawan oleh pejuang-pejuang Palestina dalam organisasi PLO maupun Fatah. Sampai saat itu Hamas belum lahir, karena publik juga tahu bahwa Hamas baru dideklarasikan pada tahun 1987. Hamas juga ikut Pemilu, dan karenanya tidak berideologi khilafah. Hamas bersama Jihad Islam, Fatah dllnya, sekarang bersatu membela bangsa Palestina melawan agresi Israel sang penjajah,”ujarnya.
Lebih lanjut, Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menilai, sudah sewajarnya Menteri Luar Negeri menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menangani masalah Palestina dan Israel. Demikian juga Perwakilan Indonesia di PBB.
Sikap DPR/MPR dan pimpinannya juga partai-partai, bahkan ormas-ormas yang sudah lahir sebelum Indonesia merdeka, seperti Muhammadiyah dan NU, juga bersikap konsisten mengurusi masalah Palestina dan Israel. Mereka mendukung kemerdekaan Palestina, menolak penjajahan oleh Israel. Sikap tersebut sudah sangat tepat diambil sebagai bangsa yang beradab dan wawasan kebangsaan yang benar ini penting dipahami untuk menghindarkan warga dari wawasan kebangsaan yang menyimpang dari yang sebenarnya,” tegas dia.
[Admin/dt]