Petugas gabungan merobohkan rumah warga rusak akibat pergerakan tanah

Beritainternusa.com,Jabar – Bencana alam pergerakan tanah di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi terus meluas. Petugas gabungan terpaksa merobohkan rumah-rumah warga yang mengalami kerusakan akibat bencana alam tersebut.

Selain belasan rumah yang terpaksa dikosongkan, enam rumah diantaranya telah dirobohkan. Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Kecamatan Nyalindung, Ahmad mengatakan, enam rumah warga itu, terpaksa dirobohkan lantaran kondisinya sangat memprihatinkan.

Enam rumah itu, dirobohkan karena khawatir ambruk. Terlebih lagi, lokasi enam rumah ini berada di dalam garis retakan tanah,” kata Ahmad kepada wartawan, Senin (1/02/2021).

Berdasarkan data yang tercatat saat ini, jumlah keseluruhan pengungsi karena tanah bergerak berasal dari RT 01 dan RT 02/02 berjumlah 117 orang dari 35 rumah yang dihuni 37 kepala keluarga. Selain itu masih ada 54 rumah yang dihuni 59 kepala keluarga dengan total 160 orang yang terancam oleh gerakan tanah di kampung itu.

Lokasi Kampung Ciherang, sudah mengalami gerakan tanah sejak 13 Desember 2020 lalu. Namun, sampai saat ini BPBD belum mengeluarkan status tanggap darurat soal bencana alam seperti ini,” ungkap Ahmad.

Kondisi retakan dan pergerakan tanah memang semakin parah seiring dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Sekarang panjang kedalaman retakan mulai dari lima sampai delapan meter. Sedangkan panjang retakan mulai dari 20 sampai 30 centimeter,” sambung dia.

Pasca dentuman disusul gemuruh yang mengagetkan warga penyintas bencana, terdapat retakan dan pergerakan tanah baru di titik yang memang sebelumnya membuat warga terpaksa mengungsi. Asep Has relawan kebencanaan Kecamatan Nyalindung bahkan sengaja memasang tanda khusus agar lebar retakan dan pergerakan tanah bisa dideteksi tiap harinya.

Curah hujan masih sangat tinggi, saya setiap hari memasang penanda untuk memastikan luas dan lebar retakan. Penanda itu saya buat sendiri, karena memang tidak ada alat khusus. Besoknya saya cek pasti terus bergerak antara 5 sampai 10 sentimeter,” kata Asep Has.

Ia berharap ada penetapan tanggap darurat bencana atas kejadian di lokasi tersebut. Pria yang juga menyandang status relawan PMI ulitu juga berharap ada kajian secara keilmuan di Kampung Ciherang. “Ini sepertinya mulai sporadis retakannya, rumah juga sudah mulai banyak terancam. Belum ada kajian teknis dari geologi untuk mengetahui pasti penyebab bencana alam di kampung ini,” pungkasnya.

[Admin/dt]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here