Polsek Tanjung Priok Bongkar Prostitusi ABG di Hotel Berbintang di Sunter

Beritainternusa.com,Jakarta – Praktik prostitusi anak baru gede (ABG) di sebuah hotel berbintang di kawasan Sunter, Jakarta Pusat, dibongkar aparat kepolisian. Ada empat ABG perempuan dan seorang laki-laki sebagai muncikari yang diamankan di hotel tersebut.

Kasus ini terbongkar setelah pihak Kepolisian Sektor Tanjung Priok mendapatkan informasi adanya perdagangan orang di hotel tersebut. Tim Unit Reskrim Polsek Tanjung Priok kemudian melakukan penyelidikan hingga mengamankan pria inisial RSD (20) di lobby hotel.

Polisi kemudian menginterogasi RSD dan menggeledahnya. Dalam penggeledahan itu, polisi menemukan sejumlah uang pada tersangka RSD.

Yang bersangkutan mengakui telah menyiapkan empat orang perempuan di bawah umur untuk disiapkan sebagai job ke om-om inisial R,” kata Kapolsek Tanjung Priok Kompol Hadi Suripto dalam jumpa pers di Polsek Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/1/2021).

Polisi kemudian bergerak ke hotel tersebut. Saat digeledah, ternyata benar ditemukan keempat korban di hotel tersebut bersama dengan laki-laki hidung belang inisial R.

Polisi mengungkap RSD merekrut para ABG melalui aplikasi WeChat. Para ABG tersebut kemudian ditawarkan oleh muncikari kepada para lelaki hidung belang.

Kalau secara detail hasil interogasi saya dengan muncikari, itu bisa melalui media sosial WeChat. Yang paling sering terjadi menggunakan WeChat,” ujar Kanit Reskrim Polsek Tanjung Priok AKP Paksi Eka kepada wartawan di Polsek Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/1/2021).

Lebih lanjut Paksi menjelaskan alasannya menggunakan aplikasi untuk merekrut para korban. Menurut pengakuan tersangka RSD, di aplikasi itu dia bisa menemukan anak-anak muda belia.

Kalau saya rasa, alasan (pelaku) pakai WeChat karena jarang orang di atas 40 tahun. Itu bermain di bawah umur-umur belia,” imbuh Paksi.

Sementara, Kapolsek Tanjung Priok Kompol Hadi Suripto menyebutkan bahwa keempat ABG itu terjerumus prostitusi karena pergaulan.

Ini masalah pergaulan saja, biasa nongkrong di kafe dan lain-lain. Dia terima job atau permintaan dari om-om, kemudian dia komunikasi sama teman-temannya siap terima job,” kata Hadi.

Muncikari RSD mengiming-imingi keempat ABG perempuan itu dengan sejumlah uang untuk melayani pria hidung belang. Keempatnya dijanjikan mendapatkan uang Rp 20 juta untuk sekali berkencan dengan Om-Om.

Kalau untuk pembicaraan awal dengan muncikari itu (dijanjikan) Rp 20 juta,” ujar Kanit Reskrim Polsek Tanjung Priok AKP Paksi Eka kepada wartawan di Polsek Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/1/2021).

Uang tersebut dibagi kepada empat korban, sehingga masing-masing korban akan mendapatkan Rp 5 juta untuk sekali melayani pria hidung belang. Namun, pada kenyataannya, keempat korban menerima Rp1,5 juta hingga Rp 3 juta.

Pada faktanya yang dijanjikan muncikari kepada si korban beragam, ada yang Rp 1,5 juta, ada yang paling mahal Rp 3 juta. Selisih angka tersebut merupakan keuntungan bagi muncikari,” terang Paksi.

Sementara itu, muncikari yang ditangkap polisi berinisial RSD (19) mengaku hanya mendapat bagian sekitar Rp 1-1,5 juta. RSD mengatakan tidak bekerja sendirian.

Iya hanya segitu (dapat bagian Rp 1-1,5 juta). Ada teman (muncikari) yang lain juga,” jawab RSD saat diinterogasi polisi.

Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) merasa prihatin soal empat ABG perempuan yang diduga terlibat prostitusi di hotel berbintang di Sunter, Jakarta Utara. LPAI menyebut keempat ABG tersebut terlibat prostitusi karena termotivasi uang.

Sepenuhnya mereka melakukan ini dengan motivasi uang. Mereka hanya ingin semua kebutuhan terpenuhi, termasuk kebutuhan gadis remaja pada umumnya. Kebutuhan untuk beli pakaian, beli pulsa, make up, dan sebagainya,” ujar Sekjen LPAI Heni Adihermanoe dalam jumpa pers di Polsek Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/1/2021).

Keempat ABG tersebut berusia rata-rata 15 dan 17 tahun. Rata-rata ABG tersebut sudah putus sekolah.

Itu yang menjadi kebutuhan yang memotivasi mereka untuk melakukan hal-hal yang bertentangan. Melihat tadi berdialog dengan anak-anak, rata-rata mereka putus sekolah,” imbuh Heni.

Dala kasus prostitusi ini, keempat ABG disebut sebagai korban. Keempat ABG tersebut disebut menyesali perbuatannya.

Secara psikologis saya lihat anak-anak tadi begitu tertekan, menyesali. Ketika anak-anak mulai menyesali, harus ada upaya-upaya serius pendampingan psikologis kepada mereka, mengarahkan anak-anak, dan tentu saja mengembalikan rasa kepercayaan diri mereka. Saat ini mereka benar-benar tidak memiliki rasa percaya diri. Mereka merasa hina, buruk, dan sebagainya. Nah, upaya ini yang harus kami lakukan ke depan,” ujar Sekjen Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Heni Adihermanoe dalam jumpa pers di Polsek Tanjung Priok, Rabu (27/1/2021).

Heni mengatakan keempat ABG tersebut adalah korban. LPAI mendorong agar keempatnya mendapatkan rehabilitasi.

Tadi kita semangati anak-anak bahwa kejadian ini bukan semata-mata menjadi dunia runtuh bagi anak-anak. Masa depan mereka masih panjang, harus dilakukan rehabilitasi secara psikososial supaya anak-anak bisa kembali pulih dari trauma yang mereka hadapi,” tuturnya.

Di sisi lain, Heni menilai peran orang tua sangat penting dalam memberikan edukasi terhadap para korban yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Dalam hal ini LPAI juga meyakini bahwa apa yang dilakukan anak-anak adalah korban dari pergaulan, korban dari orang tua yang mungkin abai terhadap kehadiran mereka. Tentu saja hal ini harus jadi bagian penting yang kita lakukan bersama edukasi ortu,” ucap Heni.

[Jemi/dt]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here