Peta prediksi Megathrust

Beritainternusa.com,Jateng – Pulau Jawa termasuk Jawa Tengah merupakan daerah dengan potensi gempa bumi. Gempa besar hingga magnitudo (M) 8.0 pernah terjadi di sisi Selatan sebanyak 3 kali. Selain itu juga terdapat 7 sesar aktif di daratan.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Banjarnegara, Setyoajie Prayoedhie mengatakan secara historis gempa-gempa signifikan di atas M7.0 pernah terjadi di masa lalu khususnya di Selatan Jawa dan zona megathrust.

“Gempa besar dengan magnitudo antara 7,0 dan 7,9 yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi sebanyak 8 kali, yaitu tahun 1903 (M7,9), 1921 (M7,5), 1937 (M7,2), 1981 (M7,0), 1994 (M7,6), 2006 (M7,8) dan 2009 (M7,3). Sementara itu, gempa dahsyat dengan magnitudo 8,0 atau lebih besar yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi 3 kali, yaitu tahun 1780 (M8,5), 1859 (M8,5), dan 1943 (M8,1),” jelas Setyoajie, Selasa (26/1/2021).

Akankah gempa dahsyat itu terulang? Setyoajie menegaskan belum ada teknologi dan alat yang bisa mendeteksi gempa tektonik secara akurat di belahan bumi manapun. Sehingga perlu kajian untuk memprakirakan terjadinya pengulangan gempa.

Namun demikian perlu kajian lebih lanjut terkait periode ulang gempa,” tandasnya.

Sementara itu di daratan Jawa Tengah saat ini ada 7 sesar aktif. Sesar tersebut yaitu Sesar Baribis-Kendeng, Ungaran 1, Ungaran 2, Pati/Lasem, Muria, Ajibarang, Merapi-Merbabu.

Secara seismotektonik daerah Jawa Tengah itu daerah aktif gempa walaupun karakteristiknya agak berbeda dibanding daerah lain. Bila kita berpatokan kepada peta BMKG ada 7 sesar aktif teridentifikasi melintang di daratan Jawa Tengah,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan pada bulan Januari 2021 ini sudah terjadi 22 kali gempa bumi dan yang bisa dirasakan getarannya ada 2 kali. Sesangkan sebelumnya, Desember 2020 ternyata ada 54 gempa bumi dan 4 diantaranya dirasakan.

14 Januari kemarin di Purwokerto dirasakan gempa, dipicunya karena apa masih kajian. Kalau lokasi episentrum ada di tenggara sesar Ajibarang,” katanya.

Setyoajie mengimbau agar tidak termakan hoax soal informasi gempa karena seperti yang dikatakannya, saat ini belum ada pendeteksi gempa tektonik yang akurat. Makan masyarakat bisa memastikan dulu ke pihak yang berkaitan jika ada kabar soal bakal terjadi gempa.

Jangan mudah mempercayai informasi yang tidak jelas sumbernya, check dan re-check info tersebut, kalau perlu tanyakan langsung ke BMKG, sebagai institusi resmi yang bertanggungjawab terkait informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami di Indonesia,” jelasnya.

Maka saat ini yang perlu dilakukan masyarakat yaitu memahami konsep evakuasi mandiri ketika gempa bumi terjadi. Termasuk memahami informasi yang disampaikan oleh BMKG atau pemerintah ketika terjadi bencana.

Yang perlu dilakukan masyarakat dalam rangka memitigasi dampak akibat dari gempa bumi adalah dengan memahami konsep evakuasi mandiri serta bagaimana menelaah informasi yang disampaikan oleh BMKG ataupun institusi terkait atau Pemda,” ujarnya.

[Admin/dt]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here