Beritainternusa.com,Jateng – Lawang Sewu, apa yang pertama terlintas di benak Anda mendengar nama tempat terkenal di Kota Semarang Jawa Tengah itu? Kisah horor kah? Atau destinasi wisata cantik yang bersejarah? Mungkin keduanya.
Gedung yang sudah berusia lebih dari 100 tahun itu dulu terkenal dengan kisah mistisnya dan akhirnya menjadi salah satu urban legend di Kota Semarang. Kesan mengerikan makin melekat ketika relity show Dunia Lain menyajikan penampakan sosok putih berambut panjang mengintip peserta Uji Nyali di ruang bawah tanah.
Saking hebohnya acara itu di awal tahun 2000-an lalu, Asian Televison Awards memberikan penghargaan episode Lawang Sewu itu sebagai Best Reality Program. Makin lekatlah kesan horor di Lawang Sewu kala itu. Tapi sudah 20 tahun berlalu dan perubahan drastis terjadi di bangunan yang konon memiliki seribu pintu itu.
Mengutip dari situs resmihttps://heritage.kai.id/pembangunan Lawang Sewu dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907 untuk Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Pembangunan dilakukan bertahap, karena diteruskan degan pembangunan gedung lainnya pada tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Bangunan itu dirancang oleh arsitek asal Amsterdam, Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag. Bangunannya cukup khas dan unik, salah satunya dua menara di bagian depan yang ternyata merupakan tempat tandon air.
Beberapa kali Lawang Sewu berganti fungsi dan pengelola. Setelah digunakan NISM, pada tahun 1942-1945 Lawang Sewu digunakan sebagai Kantor Riyuku Sokyoku (Jawatan Transportasi Jepang). Tahun 1945 menjadi Kantor Eksploitasi Tengah DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia), tahun 1946 dipergunakan sebagai markas tentara Belanda.
Tahun 1949 digunakan Kodam IV Diponegoro, tahun 1994 diserahkan kembali kepada kereta api (Perumka) yang kemudian statusnya berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero). Tahun 2009 dilaksanakan restorasi oleh PT KAI dan pada 5 Juli 2011 dilakukan peresmian Purna Pugar Cagar Budaya Gedung A Lawang Sewu.
Kesan horor di Lawang Sewu melekat ketika gedung itu mangkrak tak terawat sebelum dilakukan restorasi. Kondisinya saat itu memang singup meski berada di tengah kota. Komunitas Semarang Angker (Semarangker) juga sempat penasaran karena banyak yang mengatakan betapa angkernya Lawang Sewu.
Lawang Sewu dulu dan sekarang beda, dulu mangkrak kayak terbengkalai, berantakan, dan gelap. Otomatis bangsa jin suka. Apalagi setelah penayangan Dunia Lain, tambah tinggi rating (kesan horor) Lawang Sewu, bahkan ada yang mengulas katanya terangker di Asia,” kata Ketua Semarangker, Pamuji Yuono, saat dihubungi detikcom, Rabu (23/12/2020).
Pamuji menjelaskan ia dan komunitasnya memang kerap datang ke lokasi yang konon angker dan membuktikannya. Namun menurutnya sudah tidak ada nuansa angker dan horor lagi di Lawang Sewu Semarang.
Pernah ke bawah tanah waktu masih dibuka, ya memang lembab, berair, gelap, otomatis lah, kita ngomongin makhluk astral,” ujarnya.
Saat ditanya apakah dulu pernah melihat sosok gaib di sana, ia menjelaskan hanya berupa vorteks yang berwujud seperti asap menggumpal.
Kami lihatnya vorteks, kalau bahasa metafisika. Kayak asap kayak awan menggumpal, kadang hitam, putih, cokelat, jadi tidak kayak di film,” jelasnya.
Ia pun maklum jika ada orang-orang yang mengaku melihat sosok gaib dengan wujud pocong, kuntilanak, dan sebagainya. Selain siapa saja bisa mengaku, menurutnya, bangsa jin memang bisa berwujud sesuai dengan ketakutan atau kekhawatiran orang yang melihatnya.
Tergantung mindset-nya apa, kalau khawatir kuntilanak maka jin bisa visualisasi dengan apa yang Anda takutkan. Misal si A takut pocong ya dia akan melihat pocong,” katanya.
Namun ia kembali mengatakan saat ini Lawang Sewu sudah jauh dari kesan horor karena sudah ‘kemanungsan’ atau banyak sekali orang yang sudah berkunjung sejak PT KAI merestorasi dan menjadikannya lokasi wisata.
Yang sekarang udah bagus, sudah cantik, sudah ribuan orang masuk dalam sebulan. Dulu belum tentu, ini sudah kemanungsan, kecuali bawah tanah, itu memang ditutup untuk hindari kesan angker,” katanya.
Sementara itu Direktur Utama PT KA Pariwisata Totok Suryono mengatakan Lawang Sewu memang sempat mangkrak karena PT KAI kala itu mengalami keterbatasan anggaran untuk gedung-gedung non operasional, tidak hanya Lawang Sewu.
Jadi memang pernah tidak terurus, saat itu PT KAI keterbatasan budget untuk yang tidak fungsional operasional, termasuk yang di Ambarawa juga,” kata Totok dihubungi awak media.
Keangkeran Lawang Sewu juga sempat dihubungkan dengan rumor ruang bawah tanah atau saluran air digunakan untuk menyiksa bahkan membantai tahanan perang. Namun menurut Totok belum ada info atau sejarah yang mencatat soal itu.
“Saya tidak tahu persis soal itu, tapi secara resmi tidak pernah ada info terkait pembantaian tersebut,” katanya.
Kemudian dilakukan restorasi agar Lawang Sewu bisa digunakan untuk tempat wisata. Tak hanya mempercantik kawasan itu, tapi PT KAI juga bekerja keras untuk menghempaskan stigma horor di gedung yang menjadi saksi sejarah Pertempuran 5 Hari di Semarang itu.
Kita coba hilangkan kesan angker itu dengan membuatnya semeriah mungkin, lampu di setiap sudut ruangan bahkan loteng juga ada,” ujarnya.
Itu kesan saja dan kita tidak ada ritual pengusiran jin,” tegas Totok.
Pintu menuju lokasi bawah tanah atau saluran air sempat dibuka dan pengunjung boleh masuk ke sana. Namun saat ini ruangan itu ditutup demi alasan keamanan.
Ditutup karena faktor keselamatan. Karena itu bukan untuk lalu lalang orang, dikhawatirkan mempengaruhi konstruksinya,” katanya.
Kini, Lawang Sewu sudah menjadi destinasi wisata yang diincar wisatawan dari berbagai daerah. Totok menjelaskan selain restorasi, agar kesan horor tidak lagi melekat yaitu melarang pengambilan gambar atau video dengan konten mistis.
Melarang pengambilan foto atau video untuk acara (konten) mistik,” ujarnya.
Destinasi Wisata Lawang Sewu buka setiap hari mulai puku 07.00 sampai 21.00 WIB. Harga tikernya murah, hanya Rp 10 ribu untuk dewasa dan Rp 5 ribu untuk anak-anak. Akses dari bandara maupun stasiun pun cukup mudah karena ada di pusat kota di hadapan Tugu Muda.
[Admin/dt]