Beritainternusa.com,Gunungkidul – Kabupaten Gunungkidul dikenal dengan kondisi tanah yang kering dan tandus.
Namun di tangan Agung Nugroho, semuanya bisa berubah, tanah yang kering dan tandus disulap jadi kolam lele.
Agung, begitu ia disapa memanfaatkan lahan pribadinya seluas 2.300 meter persegi untuk budidaya lele.
Agung memberi nama Lelaki Sintal; Lele Lahan Kering Sistem Terpal,” katanya pada awak media beberapa waktu lalu.
Nama tersebut memiliki makna tersendiri. Sebab budidaya tersebut dilakukan di wilayah Pedukuhan Kudu, Kalurahan Ngestirejo, Tanjungsari yang dikenal dengan tanahnya yang kering dan sulit air.
Agung menuturkan budidaya tersebut ia buat berlatarkan kekecewaan.
Sebab ia harus mendengar anggapan orang bahwa kawasan tempat tinggalnya itu sulit air sehingga tidak cocok untuk ternak lele.
Namun kekecewaan itu tak langsung ditelan mentah. Ia lantas memutar otak bagaimana caranya agar ternak lele bisa dilakukan.
Kain terpal sebagai media pun muncul di benak.
Saya paham tanah di sini mudah bergerak, jadi kalau kolamnya pakai tembok pasti pecah. Terpal akhirnya yang digunakan,” jelas pria kelahiran 29 Agustus 1980 itu.
Terkait air, Agung menuturkan kala itu ia membeli tangki berisi 5 ribu liter air untuk 2 kolam.
Pada tahun 2007, ia harus merogoh kocek Rp 50 ribu untuk tangki tersebut.
Setelah melewati berbagai tantangan, kini ia menikmati hasilnya.
Sekilo lele dijual dengan harga Rp 25 ribu, dengan tujuan berbagai rumah makan, agen, hingga transaksi secara daring (online).
Tiap bulannya ia mendapat permintaan sebanyak 8 kuintal lele.
Sekarang per bulan pendapatan bersihnya bisa mencapai Rp 5 juta,” ungkap Agung.
Tak berhenti di situ, limbah air ternak lele ia manfaatkan untuk budidaya sayur-sayuran di lahan yang sama.
Hasilnya pun digunakan untuk menambah penghasilan.
Berkat usaha kerasnya itu, Agung mengaku mendapat apresiasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI di 2009.
Ia pun didapuk sebagai pengurus Kontak Tani dan Nelayan Indonesia (KTNA) DIY.
Keberhasilannya juga mengundang kaum muda setempat untuk menjalankan usaha serupa.
Setidaknya ada 25 orang yang bergabung, di mana mereka mengambil hasil panen lele lalu dijual secara online.
Mereka senang karena ada penghasilan. Apalagi saat pandemi seperti ini, bisnis lele seakan tak terpengaruh,” kata Ketua Desa Wisata Ngestirejo ini.
Lewat usahanya itu, Agung berhasil membuktikan bahwa wilayah Tanjungsari mampu berkembang secara mandiri.
Para petani setempat pun ia gandeng untuk mengembangkan usaha serupa.
Harapannya, warga bisa memiliki penghasilan tambahan selain sebagai petani.
Kegiatan ini pun sekaligus melatih mereka jadi wirausaha yang andal.
Saya akui sulit mengubah pola pikir petani ke sektor perikanan. Tapi saya tetap optimis itu bisa terwujud,” ujar Agung.
[Admin/tb]