Hidayat Nur Wahid

Beritainternusa.com,Jakarta – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menjelaskan ulama dan habaib berperan besar dalam merumuskan, menyepakati dan menyelamatkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Adapun peran ulama dalam perumusan Pancasila terjadi saat Panitia Sembilan menyepakati lima sila Dasar Negara Indonesia yang Merdeka.

Ia juga mengatakan ulama berjasa dalam menyelamatkan Pancasila dan proklamasi Indonesia Merdeka dengan mengakomodasi tuntutan masyarakat Indonesia Timur untuk mengubah sila pertama menjadi KeTuhanan Yang Maha Esa. Keterlibatan ini dibuktikan dengan adanya istilah Bahasa Arab di dalam sila-sila Pancasila.

Maka wajar saja bila ada beberapa kata kunci dalam Pancasila, seperti adil (sila kedua dan kelima); beradab, hikmat, permusyawaratan, perwakilan, dan rakyat (sila keempat dan kelima) berasal dari bahasa Arab yang ada di Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW,” ujar HNW dalam keterangannya, Senin (23/11/2020).

Hal tersebut ia sampaikan saat Sosialisasi Empat Pilar, kerja sama antara MPR dengan Yayasan Silaturahmi Kumpul Bareng Anak Tenabang (Sikumbang), pada Kamis (19/11).

HNW juga mengatakan sudah semestinya jika Pancasila sejak semula bukan dibuat dalam rangka memusuhi umat Islam. Oleh karena itu, jangan sampai pada akhirnya justru dipakai sebagai alat represif untuk memecah belah bangsa dengan mencelakai habaib, ulama dan umat Islam.

Jadi, dalam perumusan Pancasila dan menyepakatinya hingga finalnya pada 18 Agustus 1945, di situ ada peran ulama-ulama yang sangat besar. Sehingga, jadi tidak wajar bila Pancasila dibuat untuk menjadi dalih memusuhi umat Islam (Islamophobia). Tapi juga tidak wajar bila Umat Islam malah menolak Pancasila (Indonesia Phobia),” tegasnya.

Terkait hal ini, HNW mengimbau kepada para pendekar dan guru silat di Tanah Abang untuk bersama memahami dan mengamalkan dasar negara Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Apalagi, Pancasila itu merupakan salah satu dari empat pilar MPR RI bersama dengan UUD NRI 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika,” katanya.

Dengan adanya sosialisasi tersebut, HNW berharap akan memperkuat langkah para pendekar dan guru silat di Tanah Abang untuk tetap berbuat hal positif bagi bangsa dan negara.

Para pendekar ini sudah hebat dari segi kekuatan fisik dan jurus-jurusnya. Oleh karena itu, perlu selalu dijaga semangatnya agar berjalan pada rel yang bermanfaat dan baik bagi masyarakat, dan negara, dengan dilaksanakannya ketentuan-ketentuan dari Empat Pilar MPR RI ini,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, HNW juga mengingatkan peran ulama bukan hanya dilakukan pada saat pembahasan Pancasila, tetapi juga saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Seperti halnya Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang dikumandangkan KH Hasyim Asyari. Resolusi tersebut mampu memperkuat semangat para santri, kyai, guru silat, dan pendekar untuk membentuk Laskar Kiai, Laskar Santri, Laskar Hizbullah, serta berjuang bersama rakyat dan Tentara Republik Indonesia (TRI) dalam melawan penjajah Belanda.

Sejarah mencatat suksesnya perjuangan resolusi jihadnya KH Hasyim Asy’ari, dan kedekatan KH Subchi Parakan dengan Jendral Sudirman, bapaknya TNI,” tegasnya.

HNW mengatakan para habaib juga berperan besar bagi bangsa Indonesia. Misalnya Habib Husein Al Muthahar, yang telah menciptakan lagu-lagu seperti Hari Merdeka dan Syukur Umat. Ia juga tulus ikhlas dan semangat mencintai dan membela Indonesia Merdeka.

Ada juga Habib Ali Kwitang yang melakukan sosialisasi dan mendukung proklamasi Indonesia Merdeka melalui jaringan jemaah dan majelis taklimnya.

Dan yang tak kalah penting adalah, peran ulama sekaligus pimpinan Partai Islam Masyumi, M Natsir yang melalui mosi Integral 3 April 1950 berjasa besar, mengembalikan Republik Indonesia menjadi NKRI, setelah sebelumnya diubah oleh penjajah Belanda menjadi RIS,” paparnya.

HNW berharap pemahaman sejarah tersebut terus dipertahankan oleh para guru silat dan pendekar silat di Tanah Abang.

Seluruh potensi yang kita miliki, jurus-jurus silat yang hebat dan lain-lain, bukan untuk meneror, menghadirkan keonaran yang meresahkan masyarakat, atau membuat Jakarta jadi amburadul, tapi untuk mengamalkan dan menyelamatkan Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.

Ia menyampaikan jika ada kelompok komunis atau pihak lain yang ingin membelokkan perjalanan kehidupan bangsa dan negara, maka wajar bila warga Indonesia menolak dengan tetap mempertahankan NKRI dan Pancasila.

Karena Indonesia dan Jakarta faktanya adalah warisan jihad/ijtihad/mujahadah/musyawarah/tadhiyyah dan hadiah para ulama dan habaib,” pungkasnya.

[Admin/dt]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here