Beritainternusa.com,Gunungkidul – Kata “santri” kerap dikaitkan dengan pelajar yang lebih banyak mendapat ilmu keagamaan dan dianggap eksklusif.
Namun anggapan itu justru dibantahkan dengan adanya santri yang mampu menembus prestasi di bidang lain.
Najwa Zahratul Amallya misalnya, yang saat ini menjadi santri di Pondok Pesantren Al Mujahidin, Playen, Gunungkidul
Baru-baru ini, ia menorehkan prestasi tingkat nasional dalam produksi film.
Najwa, panggilan akrabnya, mengatakan semuanya bermula dari mengikuti kompetisi produksi film pendek yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Info lomba didapat dari pihak sekolah dari awal Agustus lalu. Kemudian saya dibimbing untuk mengikuti seleksi tingkat kecamatan,” tutur Najwa pada wartawan, Kamis (22/10/2020).
Lantaran situasi pandemi, santri berusia 13 tahun ini mengikuti proses seleksi secara online. Kendala dimulai dari sulitnya sinyal sehingga ia harus menumpang ke rumah saudaranya.
Tanpa disangka, ia ternyata lolos seleksi, mengalahkan sekitar 64.505 peserta lainnya
Alhasil ia pun melaju ke tingkat provinsi dan diminta untuk membuat sebuah karya video terkait Teknologi, Sains, Teknik, Seni, dan Matematika di era AKB.
Salah satu syarat pembuatan video tersebut adalah harus berkaitan dengan permasalahan sosial.
Ia pun coba mengangkat masalah kejernihan air di Kalurahan Banjarejo, Kapanewon Tanjungsari.
Setelah berdiskusi dengan orangtua dan guru, saya lantas mengeluarkan ide metode penjernihan air kapur,” jelasnya.
Najwa lantas menyiapkan bahan-bahan penyaring alami yang mudah didapatkan. Antara lain biji daun kelor, arang aktif, ijuk, batu kelor, pasir pantai, batu zeolit dan air kapur yang akan disaring.
Videonya menampilkan tutorial membuat penjernih air kapur dengan bahan tersebut.
Pasca dikirimkan, perjalanan Najwa di kompetisi semakin mulus. Awalnya masuk 80 besar, lalu tembus 5 besar di awal Oktober lalu. Wawancara daring pun sempat dilakukan dengan tim juri berkaitan dengan film yang dibuatnya.
Terus saya dapat informasi kalau karya saya jadi juara satu nasional. Saya pun kaget sekaligus senang,” katanya.
Lantaran eksperimen yang dilakukan berhasil, Najwa ingin agar metode penjernihan air tersebut bisa diterapkan warga sekitar.
Pasalnya, penyaringan air di lingkungan tempat tinggalnya belum sempurna lantaran hanya mengandalkan air.
Meski disibukkan dengan aktivitas lomba, ia tetap disiplin dalam menjalankan aktivitas sebagai santri. Kegiatan dimulai sejak pukul 03.30 WIB, diawali dengan Solat Tahajud. Lalu mengaji hingga pagi hari.
Berikutnya Solat Dhuha, baru saya mengikuti pelajaran secara daring di pesantren,” kata Najwa.
Selama pandemi, ia mengakui kegiatan di pesantren sedikit lebih longgar lantaran materi lebih banyak diberikan secara daring. Namun bukan berarti ia melupakan kegiatan efektif lain demi mengasah ilmunya.
Pada Hari Santri Nasional ini, Najwa pun berharap teman-teman santrinya tetap semangat dan termotivasi untuk belajar. Termasuk memanfaatkan waktu luang secara maksimal.
Semangat berkarya tidak boleh padam dan sebisa mungkin tetap menorehkan prestasi,” katanya.
[Admin/tb]