Beritaintenusa.com,Gunungkidul – Sejak mulai dikembangkan, konsep agrowisata memang terbukti membawa dampak berlipat.
Tak hanya sisi pendapatan warga, tetapi juga mutu hasil pangan yang ditanam juga ikut berkembang.
Hal itu pula yang mendorong Budi Susilo, petani muda asal Kalurahan Pampang, Paliyan, Gunungkidul.
Ia berkeinginan mengembangkan konsep serupa di sini.
“Awalnya agrowisata saya kembangkan di Pampang. Setelah ada masukan, saya coba kembangkan lagi di Klayar,” tutur Budi di Pedukuhan Klayar, Kalurahan Kedungpoh, Nglipar pada Jumat (16/10/2020).
Menurutnya, ada banyak faktor pendukung yang membuat Klayar bisa dikembangkan sebagai agrowisata.
Di antaranya ketersediaan air yang melimpah, kualitas tanah yang baik, hingga sumber daya manusia (SDM) tersedia.
Namun Budi menyayangkan belum ada inisiatif warga untuk memanfaatkan potensi tersebut.
Padahal, jika dimanfaatkan secara optimal, hasilnya jelas akan menguntungkan bagi mereka.
“Selama ini mereka ya menanam secara konvensional, akhirnya saya coba berikan contoh bagaimana agar bisa dikembangkan secara keatif dan inovatif,” jelasnya.
Dikembangkan sejak Juli 2020, konsep inovatif yang dikembangkan Budi bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Kelompok Tani (Poktan) Klayar langsung membuahkan hasil signifikan.
Berton-ton semangka bisa dipanen meski musim kemarau.
Suyanto, salah satu dari 24 petani di Poktan Klayar mengungkapkan total hasil yang ia dapat bisa mencapai 20-30 ton semangka.
Keuntungan yang didapat pun diperkirakan berkali-kali lipat dari modal yang dikeluarkan.
Ia menyebut seluruh petani mengeluarkan modal sekitar Rp 30 juta.
Namun dengan hasil tersebut ia memperkirakan ada keuntungan mencapai ratusan juta rupiah.
“Satu semangka saja harga jualnya di kisaran Rp3.000,00 sampai Rp7.500,00 dengan berat 5-8 kilogram. Keuntungannya bisa di atas Rp 100 juta,” kata Suyanto.
Budi pun menyebut Agro Klayar sebagai salah satu pionir konsep agrowisata di Gunungkidul. Para pengunjung nantinya bisa ikut memanen dan menikmati komoditas pangan yang ditanam.
Ke depan, Budi sudah memiliki gambaran jenis pangan apa yang akan ditanam. Antara lain jagung manis hingga pisang jenis Cavendish. Namun saat ini proses pembenahan masih terus berlangsung.
“Panen semangka ini jadi batu loncatan untuk pengembangan selanjutnya, sekaligus mengenalkan Klayar ke masyarakat luas,” ujarnya.
Jagung manis dan pisang Cavendish rencananya akan mulai ditanam berbarengan dengan datangnya musim penghujan. Konsep pemasaran dan pengemasan produk pun sudah disiapkan secara apik oleh warga.
Salah satunya dengan membuka warung sederhana di mana pengunjung nantinya bisa menikmati jagung bakar. Warga tentunya akan dilibatkan sebagai bagian dari pemberdayaan.
“Sebisa mungkin ada nilai jual lebih yang dikembangkan dari Agro Klayar ini,” kata Budi
[Admin/tb]