Beritainternusa.com,Jawa Timur – Ada 27 desa dari 7 kecamatan di Pacitan yang masuk kategori rawan tsunami, dengan potensi kerawanan tidak merata. Kawasan paling rawan yakni tepian pantai.
“Sekitar 25 persennya berada di zona bahaya. Yaitu yang wilayahnya di dataran rendah dan berada di tepi pantai,” kata Indartato, Bupati Pacitan, Kamis (1/10/2020).
Menurutnya, begitu mengetahui hasil penelitian ITB terkait potensi tsunami 20 meter, pemkab langsung menyiapkan skema mitigasi. Terlebih dengan adanya instruksi Gubernur Jatim melalui video conference.
Pola pengurangan risiko bencana, lanjut bupati yang akrab disapa Pak In, dilakukan dengan dua cara. Yakni mitigasi struktural dan nonstruktural. Keduanya dilakukan secara rutin dan terus menerus.
“Untuk mitigasi struktural kita pasang rambu evakuasi, uji coba TEWS, dan menjaga sabuk hijau di tepi pantai,” kata Pak In di sela meninjau Pantai Pancer Door.
Mitigasi nonstruktural diwujudkan dengan sosialisasi ke sekolah yang berada di wilayah pesisir. Selain itu juga membentuk Desa Tangguh Bencana serta sosialisasi langsung maupun melalui media.
Sosialisasi selain diarahkan kepada warga juga disampaikan kepada wisatawan pengunjung pantai. Harapannya mereka siap menyelamatkan diri jika musibah terjadi saat mereka tengah berwisata.
“Utamanya adalah bagaimana kita semua termasuk para wisatawan ini menguasai tata cara evakuasi dengan memperhatikan rambu yang ada,” katanya.
Memang, informasi terkait potensi tsunami 20 meter terkesan mengejutkan. Hanya saja, Pak In mengimbau warga tidak panik dan resah. Sebaliknya, kabar tersebut seharusnya ditanggapi positif.
“Penelitian tersebut menjadi masukan bagi kita untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam rangka mitigasi,” terangnya seraya mengimbau masyarakat menyimak informasi melalui saluran resmi BPBD dan BMKG.
[Admin/dt]