Beritainternusa.com,Jakarta – Agenda Koalisi Aksi Selamatkan Indonesia (KAMI) di Surabaya dibubarkan saat eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo tengah memberikan pidato. Diduga ada oknum kepolisian yang membubarkan acara tersebut.
Politikus PKS, Mardani Ali Sera menyesalkan peristiwa tersebut terjadi di negara yang demokratis. KAMI memiliki hak hidup juga menyampaikan pendapat. Menurutnya tidak masalah selama acara tersebut menerapkan protokol kesehatan.
“Bukan budaya baik saling adang mengadang. Negara kita demokrastis. Semua diberi wadah dan peluang untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya. Selama ikut protokol Covid-19. KAMI punya hak hidup dan menyampaikan pendapat. Seperti juga organisasi yang lain,” katanya melalui pesan singkat, Senin (28/9).
Dia mendorong pengusutan pembubaran tersebut secara transparan. Jika tidak diselesaikan maka bisa menimbulkan konflik horizontal di masyarakat.
“Semua harus transparan. Niat yang baik perlu cara yang baik. Jika ini tidak diselesaikan dengan tuntas kita membiarkan konflik horizontal di masyarakat dan berbahaya,” ujarnya.
Anggota DPR Komisi II ini meminta seharusnya KAMI diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Bukan dihalangi.
“Mestinya semua dewasa memberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jawa Timur menyesalkan terjadinya aksi pengadangan dan pembubaran acara silahturahmi yang menghadirkan mantan Panglima TNI Jendral (purn) Gatot Nurmantyo di Surabaya.
KAMI menyebut, pembubaran dilakukan oleh Kepolisian. Padahal mereka sudah mengantongi izin dari polisi.
Hal ini pun ditegaskan oleh Komite Eksekutif KAMI Jatim Donny Handricahyono. Ia menyatakan, Gatot Nurmantyo sebenarnya baru saja bicara saat di lokasi di kawasan Jambangan Surabaya.
Di tempat tersebut, Gatot diminta untuk berbicara oleh para tokoh yang hadir. Namun itu acara makan bersama. Agenda di di Jambangan bukanlah acara inti KAMI. Acara inti KAMI ada di Gedung Juang 45, sesuai dengan undangan yang tersebar.
“Kita mau sarapan di penginapan itu. Begitu kita mau sarapan di penginapan itu, karena banyak kiai, lantas karena tokoh diminta sambutan untuk bicara dan lain-lain. Begitu bicara baru jalan sudah dibubarkan sama polisi,” katanya, kepada awakmedia.
[Admin/md]