Beritainternusa.com,Jakarta – Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango dan NurulGhufron berbeda pendapat soal banyaknya pimpinan lembaga antikorupsi itu yang mundur dari jabatannya. Indonesia Corruption Watch angkat bicara terkait hal itu.

“Memang mesti diakui tak semua Pimpinan KPK memiliki sikap yang sepenuhnya berpihak pada penguatan kelembagaan tersebut. Sejauh ini beberapa orang justru malah terlihat ingin menciptakan situasi buruk dalam internal kelembagaan KPK, baik dari sisi pernyataan maupun tindakan,” ujar Peneliti ICW, Kurnia Ramadhana, lewat pesan singkat, Minggu (27/9/2020).

Kurnia meminta KPK membenahi pola kepemimpinan. Ia menekankan agar para pimpinan KPK mengurangi gimik.

“Terutama mengurangi gimmick politik serta menghilangkan serangkaian kontroversi. Sebab, KPK di bawah kepemimpinan Firli saat ini berada pada ambang batas kepercayaan publik. Bisa dibayangkan, sejak Januari sampai Juni tahun ini, setidaknya empat lembaga survei menyebutkan KPK tidak lagi menjadi lembaga yang paling dipercaya oleh publik,” kata Kurnia.

“ICW juga memahami beban moral KPK saat ini semakin berat. Terutama pasca Firli Bahuri terbukti dua kali melanggar kode etik KPK,” lanjutnya.

Sebelumnya Ghufron mengistilahkan KPK sebagai tempat pertempuran, sehingga dia lebih menghargai orang-orang yang masih bertahan di KPK. Ghufron menyebut KPK adalah candradimuka bagi para pejuang antikorupsi.

“Tapi kami sangat berbesar hati dan berbangga kepada mereka yang bertahan di dalam KPK bersama kami kini dengan segala kekurangan KPK saat ini. Pejuang itu tak akan meninggalkan gelanggang sebelum kemenangan diraih. Selamat kepada mereka yang masih mampu setia mencintai KPK,” imbuh Ghufron.

Hal itu dibalas sesama pimpinan KPK, Nawawi Pomolango. Bagi Nawawi, para pegawai KPK yang akhirnya memilih mundur dari KPK seharusnya tidak dipandang sebelah mata.

“Ini bukan soal pejuang dan pecundang, tapi pilihan dengan pemikiran,” kata Nawawi.

[Admin/dt]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here