Beritainternusa.com,DIY – Ada fakta cukup memprihatinkan dari sisi kehidupan anggota SAR Satlinmas Istimewa DIY.
Di balik aksinya yang kerap dengan gagah berani menentang bahaya, namun seolah mereka belum mendapatkan apresiasi yang cukup layak.
Setiap ada bencana, musibah ataupun kecelakaan, anggota tim SAR ini senantiasa siap mempertaruhkan nyawa dengan nyali besarnya, untuk menyelamatkan maupun menemukan korban yang hilang.
Sayangnya, hal itu kurang mendapatkan apresiasi yang sepadan, yang semestinya sudah layak mereka dapatkan, di antaranya dari sisi kesejahteraan.
Hal itupun diakui Kasatpol PP DIY, Noviar Rahmad.
Sebanyak 328 anggota SAR Satlinmas Istimewa DIY ini memang bernaung di bawah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP)
Ia mengaku prihatin dengan kondisi SAR Satlinmas Istimewa saat ini.
Ia mengatakan, setiap bulan para penantang maut itu hanya digaji oleh Pemda DIY sebesar Rp750 ribu.
Sementara anggaran setiap tahunnya dari Satpol PP DIY hanya dipagu sebesar Rp4,2 miliar.
Anggaran tersebut hanya habis untuk pelatihan menyelam dan pelatihan SAR.
Serta kebutuhan makan setiap kali ada tugas.
Adanya pandemi Covid-19 kali ini, para penjaga pantai itu pun harus puasa lantaran anggaran uang makan sampai Desember dicoret dan direalokasi untuk penanganan Covid-19.
“Jadi kemarin evakuasi selama hampir sepekan itu tidak ada anggaran makan mereka itu. Karena sudah direalokasi ke Covid-19,” ungkap Noviar saat dihubungi awakmedia, Rabu (12/8/2020).
Dia menilai para tim SAR Satlinmas Istimewa tersebut lebih kepada bekerja secara suka rela.
Meski setiap bulannya para anggota tersebut masih terima honor sebesar Rp750 ribu.
“Ya prihatin juga. Makanya sebelum ada Covid-19 saya sering ke sana. Ya memberi semangat. Bayangkan kalau orang-orang seperti mereka ini sudah tidak ada,” tegas dia.
Tak hanya itu, aksi-aksi berani anggota SAR Satlinmas DIY juga tak didukung sarana berupa alat penunjang kedaruratan yang memadai.
Keterbatasan sarana penunjang menjadi masalah bertahun-tahun dan tak pernah terealisasi.
“Alat penunjang di sana tidak mencukupi. Lebih banyak mereka bekerja mandiri. Padahal nyawa menjadi taruhannya,” imbuh dia.
Noviar mencontohkan, pada proses evakuasi tujuh korban hanyut di pantai Goa Cemara beberapa waktu yang lalu, sebenarnya tim SAR Satlinmas DIY turun dengan fasilitas penunjang yang sangat minim.
Para anggota SAR pun sudah sejak tahun lalu meminta untuk disediakan tabung oksigen, pelampung, serta alat komunikasi.
Hal yang lebih mendesak, untuk pemaksimalan patroli, para anggota SAR juga sudah mengajukan kendaraan ATV.
“Tapi ya itu, pengajuan saya selalu mental di tim pengadaan anggaran di Pemda. Alasannya setiap tahunnya itu keterbatasan anggaran,” imbuh Noviar.
[Admin]