Beritainternusa.com,Jakarta – Ketua Fraksi Partai Demokrat (PD) Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas menyoroti kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Ibas menyebut ekonomi era Presiden SBY meroket.
Ibas sebelumnya menyebut Indonesia saat ini banyak tantangan mulai dari pandemi, ekonomi, keuangan, pembangunan hingga demokrasi dan hak-hak sipil. Dia menyebut rakyat saat ini butuh bukti bukan janji.
“Terus terang rakyat perlu kepastian, rakyat perlu kepercayaan dan keyakinan, dan bukti, bukan janji. Alhamdulillah, kita pernah membuat itu, ketika zaman mentor kita Pak SBY selama 10 tahun, ekonomi kita meroket, APBN kita meningkat, utang dan defisit kita terjaga. Pendapatan rakyat naik dan lain-lain. Termasuk tentang presentasi tingkat kemiskinan dan pengangguran,” kata Ibas, Jumat (7/8/2020).
Ibas menyebut Demokrat hadir untuk negara. Dia mengklaim Demokrat hadir sebagai partai yang bisa mencegah negara ini masuk jurang.
“Ada negara sukses dan berhasil, sesungguhnya Demokrat justru hadir memberikan koreksi dan kritik dan solusi supaya negara tidak jatuh ke jurang. Kita ingin agar Demokrat menjadi partai yang cerdas dan tepat dalam berpikir,” ucap Ibas.
“Ketika benar kita katakan benar, ketika tidak kita katakan tidak. biar ruang demokrasi ini tetap terjaga, jadikanlah Partai Demokrat tetap hadir agar demokrasi kita lebih berwarna dan terjaga,” imbuh Ibas.
Partai Gerindra mengkritik pernyataan Ibas soal ekonomi meroket era SBY. Juru bicara Gerindra Habiburokhman menilai diksi meroket Ibas agak berlebihan.
“Kami menghormati Mas Ibas sebagai politisi yang mulai matang. Namanya politisi wajar klaim keberhasilan era kepemimpinan mereka walau istilah ‘meroket’ sedikit berlebihan karena rata-rata di bawah 6%,” sebut Habiburokhman.
Habiburokhman mengajak Ibas menatap masa depan. Dia menilai sudah seharusnya semua elemen ikut memajukan negara ini.
“Sebagai bangsa baiknya kita harus bicara ke depan, apa yang bisa kita lakukan bersama untuk memajukan bangsa ini,” ucap dia.
Sementara itu, politikus PDIP Andreas Hugo Pareira menilai ekonomi era SBY cenderung stabil. Indonesia mengalami krisis tahun 2008 dan memang bisa keluar. Namun, kata dia, Indonesia saat itu masih tertinggal dari negara lain.
“Sementara kita tertinggal jauh dari negara-negara middle income dalam hal pembangunan infrastruktur sebagai basis pembangunan ekonomi yang lebih berorientasi produksi. Saya melihat pemerintahan Jokowi mengembangkan strategi pembangunan ekonomi yang lebih berorientasi produksi dengan membangun basis pembangunan fisik infrastruktur-infrastruktur dasar yang strategis dan pembangunan SDM pendidikan, termasuk pendidikan vokasi,” ucap Andreas.
Selain itu Andreas mengevaluasi pemerintahan SBY saat itu. Dia menilai saat itu banyak proyek yang mangkrak.
“Namun, kalau mau dievaluasi, apalah artinya ekonomi yang meroket sekejap kalau hanya mengandalkan eksplorasi SDA? Bahkan, kalau kita evaluasi, banyak sekali proyek-proyek mangkrak yang ditinggal oleh pemerintahan massa lalu dan menjadi beban bagi pemerintahan Jokowi ketika memulai memimpin negeri ini,” jelas Andreas.
Andreas menyebut era Jokowi malah lebih baik. Indonesia, katanya, berhasil keluar dari middle income trap country.
“Indonesia mampu keluar dari middle income trap country justru pada massa periode kedua pemerintahan Jokowi. Saya kira ini adalah karena strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintahan ini pada periode pertama, yang terlihat hasilnya pada periode ke-2 ini,” jelas dia.
Politikus PDIP lainnya, Hendrawan Supratikno, menyoroti pembangunan infrastruktur di era SBY. Dia menilai tak ada pembangunan infrastruktur besar-besaran saat itu.
“Pembangunan infrastruktur besar-besaran seharusnya terjadi di periode lalu. Program MP3EI SBY harusnya sudah berjalan sejak 2005-2010, sehingga tidak menjadi beban pemerintahan berikutnya. Ada yang menilai, dekade SBY adalah dekade yang datar, bahkan ada yang menyebut sebagai ‘the lost decade’, karena harusnya perbaikan infrastruktur dilakukan besar-besaran sehingga kita lebih siap bersaing di tingkat global,” ucap Hendrawan.
[Admin]