Beritainternusa.com,Jateng – Sejumlah tenaga kesehatan yang menangani pasien covid-19 di Jawa Tengah merasa kecewa, karena sampai saat ini belum mendapatkan insentif. Bahkan beberapa intensif yang diterima perawat di bawah standar yang dijanjikan Menteri Kesehatan.
“Ada tiga kabupaten Demak, Banyumas, dan Batang yang beberapa sudah cair. Tapi jumlah intensif yang diterima sangat minim. Seperti perawat di rumah sakit Batang menerima Rp800 ribu, sedangkan perawat yang bertugas di Puskesmas Demak juga hanya dapat Rp1 juta,” kata Sekretaris DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jateng, Abdul Wahid saat dikonfirmasi, Rabu (1/7).
Dia mengungkapkan beberapa perawat yang sudah mendapatkan dana insentif dari Pemprov Jateng yang diteruskan ke Dinas Kesehatan masing-masing kabupaten kota sejak tiga bulan terakhir. Dalam keadaan ini membuat tenaga kesehatan yang bertugas menangani pasien covid-19 merasa kecewa.
“Sangat kecewa tidak sesuai janji awal. Padahal mereka kan dijanjikan untuk tenaga kesehatan sekitar Rp5 juta,” jelasnya.
Terkait jumlah tenaga kesehatan yang sudah mendapat insentif di Jawa Tengah, sampai saat ini masih di bawah 50 persen. “Kami masih menunggu konfirmasi lanjutan, sebab beberapa tenaga kesehatan tentunya berharap,” jelasnya.
Sementara itu Ketua DPW PPNI Jawa Tengah Edy Wuryanto mengatakan bahwa pemerintah terbukti lamban dalam menangani masalah pencairan bonus bagi para nakes. Sebab, dia menganggap sistem birokrasi di sektor kesehatan justru menghambat pencairan bonus bagi nakes.
“Jadi birokrasi yang dimaksud dari pencairan yang dilakukan Kemenkes bersama Kemenkeu. Pemerintah daerah harus melakukan penghitungan sesuai regulasi pengajuan pemerintah pusat,” ungkapnya.
Sedangkan proses pengajuan dari dinas kabupaten kota harus verifikasi dulu berdasarkan tempat tugas nakes yang melayani pasien covid-19. “Seperti di ruang ICU, ruang isolasi termasuk yang di puskesmas juga dihitung beban kerjanya. Baru dihitung masing-masing nakes, itu yang membuat lama,” ungkap Edy Wuryanto.
[Admin]