Beritainternusa.com,Jatim – Situs Sitinggil berada di Kecamatan Modo. Situs ini istimewa sebagai peninggalan zaman megalitikum.
Bahkan warga sekitar percaya, situs itu sebagai petilasan Jaka Mada atau Mahapatih Majapahit,Gadjah Mada waktu muda.
Situs Sitinggil tepatnya berada di Dusun Bendo, Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, Lamongan. Lokasinya berada jauh dari desa, di tengah hutan jati. Dari jalan desa agak naik ke atas dengan jarak sekitar 200 meter dan tak jauh dari pemakaman umum desa setempat.
Warga mengenal situs ini dengan nama Sitinggil, karena letaknya yang lebih tinggi dari kawasan di sekitarnya. Dengan luas bangunan sekitar 6×6 meter untuk bagian bawah atau dasarnya, dan puncaknya memiliki luas sekitar 2×2 meter. Tingginya sekitar 2 meter.
“Situs Sitinggil ini adalah sebuah bangunan punden berundak zaman megalitikum,” kata Pemerhati budaya Lamongan, Supriyo, dalam perbincangannya dengan wartawan, Sabtu (6/6/2020).
Supriyo mengungkapkan, situs Sitinggil sudah diidentifikasi oleh pemerintah kolonial Belanda saat itu, sebagai salah satu peninggalan masa megalitikum, berupa bangunan punden berundak. Pinggiran situs ditopang juga oleh susunan bebatuan.
“Dalam hal Sitinggil memang keterangan dari foto badan arkeologi Belanda menyebutnya sebagai bangunan megalitik,” jelas Priyo yang juga Ketua Lesbumi Lamongan
Lebih jauh Priyo memaparkan, situs ini juga oleh warga sekitar sering disebut sebagai petilasan Jaka Mada atau Gadjah Mada saat masih kecil. Dulunya, lokasi Sitinggil tempat beraktivitas dan bermain masa kecil Gadjah Mada. Mengingat letaknya yang cukup tinggi dari perbukitan sekitar dan oleh warga dikenal dengan nama Siti Hinggil atau Sitinggil yang berarti tanah tinggi.
“Sitinggil ini sendiri adalah sebuah tatanan batu-batu alami yang dibentuk menyerupai sebuah punden berundak. Dengan beberapa tingkatan dan bagian puncaknya dapat di tempati sebagai aktivitas semedi atau ritual lainnya,” papar Priyo.
Priyo menambahkan, cerita lokal masyarakat Modo seringkali mengidentikkan keberadaan wilayah mereka dengan nama besar Patih Gadjah Mada sewaktu masih remaja. “Semoga ke depan ada cukup penelitian yang memadai sehingga dapat diperoleh penjelasan yang lebih rinci,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama di Situs Sitinggil, Sekretaris Kabupaten Lamongan Yuhronur Efendy mengaku kagum dengan keberadaan situs ini. Situs Sitinggil, menurut Yuhronur, bukanlah situs purbakala biasa layaknya bangunan candi. Tapi sebuah bangunan peninggalan masa megalitikum.
“Kita datang ke Situs Sitinggil ini untuk bersama-sama berdiskusi, saling berbagi informasi, mengamati, juga merencanakan upaya pelestarian situs ini,” ujar Yuhronur.
Ia menambahkan, Situs Sitinggil sudah termasuk dalam situs cagar budaya yang telah terdata dan dilindungi. Hal ini, lanjut Yuhronur, dibuktikan dengan adanya juru pelihara yang ditetapkan dari BPCB Trowulan Jatim.
“Bentuknya yang memang punden berundak dan bahannya yang terbuat dari batu-batu alami tanpa pengerjaan atau handmade semakin menguatkan kalau ini adalah situs megalitik,” pungkas Yuhronur.
[Mario/Har]