Beritainternusa.com,Jakarta – Sepak terjang Nurhadi menghindari pengejaran penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi licin bagai belut. Mantan Sekretaris Mahkamah Agung itu tak jua tertangkap.
Nurhadi bersama menantunya, Rezky Herbiyono, dan pengusaha Hiendra Soenjoto ditetapkan penyidik KPK sebagai tersangka kasus suap-gratifikasi Rp 46 miliar.
Uang itu diduga KPK terkait suap untuk memuluskan perkara yang sedang berlangsung di pengadilan selama Nurhadi menjadi Sekretaris MA pada kurun 2011-2016.
Ketiga tersangka tersebut selalu mangkir dalam panggilan KPK. Kemudian ketiganya dimasukkan KPK dalam daftar pencarian orang.
KPK dengan Polri juga sudah melakukan pencarian dan penggeledahan ke sejumlah tempat di Jakarta, Jawa Timur hingga Bogor untuk mencari ketiga buronan itu.Namun, ketiga buron itu hingga kini memang belum ditemukan keberadaannya.
Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) dan Indonesia Police Watch (IPW) bahkan beberapa kali telah melaporkan jejak teranyar pelarian Nurhadi.
Atas informasi itu, Ketua KPK Firli Bahuri berjanji bakal menindaklanjuti setiap informasi terkait para buron KPK tersebut. Dia berjanji akan mengejar Nurhadi.
Berikut ulah buron KPK Nurhadi: Tukar Uang Rp 3 Miliar hingga Pindah-pindah apartemen dan masjid:
Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) melaporkan orang suruhan buron KPK Nurhadi menukar uang di money changer di Jakarta. Dalam sepekan, Nurhadi menukar uang hingga Rp 3 miliar.
“Awal minggu ini saya mendapat informasi teranyar yang diterima terkait jejak-jejak keberadaan Nurhadi berupa tempat menukarkan uang asing ke rupiah,” kata Koordinator MAKI, Boyamin Saiman, kepada wartawan, Minggu (10/5/2020).
Ada dua tempat money changer di Jakarta yang biasa digunakan oleh Nurhadi untuk menukarkan uang dolar miliknya. Yaitu di daerah Cikini dan Mampang.
“Biasanya tiap minggu menukarkan uang dua kali sekitar Rp 1 miliar untuk kebutuhan sehari-hari dan akhir pekan lebih banyak sekitar Rp 1,5 miliar untuk gaji buruh bangunan serta gaji para pengawal,” ujar Boyamin.
Masih menurut Boyamin, yang melakukan penukaran bukan Nurhadi. Biasanya menantunya, Rezky Herbiyono (DPO KPK juga, red), atau karyawan kepercayaannya.
“Saya sudah menyampaikan informasi ini ke KPK secara detail termasuk nama tempat money changer-nya termasuk lokasi maps-nya. Saya berharap setidaknya KPK bisa melacak jejak-jejak keberadaan NH dari transaksi tersebut dan segera bisa melakukan penangkapan,” ucap Boyamin.
MAKI juga telah memberikan informasi mengenai seluruh harta Nurhadi, yaitu berupa rumah, vila , apartemen, dan pabrik tisu di Surabaya. Termasuk kebun sawit di Sumut dan usaha burung walet di Tulung Agung.
“Dengan diketahui harta benda dan cara penukaran uang, semestinya KPK mampu untuk mempersempit pergerakan Nurhadi dan menantunya sehingga memudahkan untuk menangkapnya,” kata Boyamin berharap.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane meminta KPK ‘memamerkan’ keduanya jika berhasil menangkap.
Awalnya Neta menyinggung keberadaan Nurhadi yang menurutnya sempat terlacak di sejumlah masjid. IPW, sebut Neta, berharap Nurhadi bisa diringkus sebelum Lebaran 2020.
“Mantan Sekjen Mahkamah Agung, Nurhadi, sempat terlacak lima kali saat melakukan salat duha. Namun buronan KPK itu berhasil meloloskan diri saat hendak ditangkap. Sumber IPW menyebutkan, KPK dibantu Polri terus berupaya menangkap Nurhadi,” kata Neta dalam keterangan tertulis, Minggu (3/5/2020).
“Mantan Sekjen MA itu selalu berpindah-pindah masjid saat melakukan salat duha. Setidaknya sudah ada lima masjid yang terus dipantau. Sumber itu optimis Nurhadi bakal segera tertangkap. IPW berharap Nurhadi bisa tertangkap menjelang Lebaran, sehingga bisa menjadi hadiah Idul Fitri dari KPK buat masyarakat,” imbuhnya.
Koordinator MAKI Boyamin Saiman dan Haris Azhar masing-masing memiliki informasi keberadaan Nurhadi di Jakarta. Boyamin mengaku mendapat informasi Nurhadi di apartemen mewah di Jakarta berdasarkan sayembara yang dibuatnya. Sang informan juga mengetahui kekayaan Nurhadi yang fantastis. Dari mobil Ferrari hingga rumah baru di kawasan Patal Senayan.
Senada dengan Boyamin, Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar mengaku mendengarkan bisik-bisik informasi keberadaan Nurhadi di apartemen mewah di Jakarta dan diberikan penjagaan yang ketat. Dia pun meyakini KPK pasti sudah mendengar informasi itu.
[Har]