Beritainternusa.com,DIY – Masyarakat di Indonesia banyak dihadapkan dengan masalah ekonomi akibat pandemi virus corona atau COVID-19. Dampak yang paling dirasakan adalah minimnya pemasukan hingga banyak karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan.
Hal itu menggugah rasa empati seorang ibu rumah tangga asal Sleman, Ardiati untuk membantu masyarakat. Terutama para tetangganya yang kurang beruntung saat pandemi virus Corona ini.
“Saya sempat berdiskusi dengan anak saya. Ada beberapa tetangga yang di-PHK dan dirumahkan tapi kita tidak tahu apakah orang-orang ini masih memiliki uang untuk kebutuhan hidup,” ungkap Ardiati saat ditemui di kediamannya Dusun Rajek Lor, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Jumat (1/5/2020).
Cara berbagi yang dilakukan wanita 53 tahun ini tergolong unik. Dia sengaja menggantungkan bahan makanan berupa beras dan sayur-sayuran pada sebatang kayu yang dia pasang di depan halaman rumahnya. Bahan makanan itu dimasukkan ke dalam kantong plastik.
“Kegiatan ini sudah kami mulai sejak 7 April lalu. Tapi kami membagikan itu tidak rutin, untuk waktunya juga bisa pagi, siang atau sore untuk menghindari agar jangan sampai ada ketergantungan warga,” jelasnya.
Wanita yang sudah memiliki tiga anak itu mengatakan awalnya dia hanya menggantungkan kresek berisi dua bungkus mie, dua butir telur dan beberapa potongan gula Jawa.
“Pertama kali yang kami bagikan itu mie seperti orang-orang yang juga pernah melakukan kegiatan ini. Sebenarnya saya terinspirasi dari orang lain juga,” ungkapnya.
“Karena melihat di kampung saya ini tetangga ada yang dirumahkan, rasa ingin berbagi ini tergerak,” lanjutnya.
Ardiati menjelaskan, sembako yang dia bagikan ini dibeli menggunakan dana pribadi. Namun saat ini sudah banyak donatur yakni dari tetangganya ikut menyumbang.
“Saya menggunakan dana pribadi, anggaran pertama sekitar Rp 200 ribu, nanti saya bagi untuk membeli telur, beras, bawang merah, putih dan bahan masak lainnya. Jadi tidak dihabiskan langsung hari itu, besoknya saya bagikan lagi,” tuturnya.
“Seiring berjalan waktu, tetangga lain ada yang ikut menyumbangkan dengan memberi satu ikat kangkung. Mulai dari itu saya berpikir bahwa orang butuh makanan bervitamin agar imunitas tetap terjaga dan mulai beralih ke sayuran,” kata dia.
Waktu meletakkan sayur-sayuran tersebut, kata Ardiati tidak ditentukan. Ia mengungkapkan kadang menggantung sayuran itu pagi, siang bahkan sore.
“Memang saya pilih waktunya berbeda-beda, sehari saya menggantungkan sekali. Harapannya tetangga ini bisa terbantu dengan cara sederhana saya ini,” katanya.
Dia menjelaskan prinsip yang dipegang hingga hari ini adalah tetangga bantu tetangga. Artinya orang yang dapat membantu kesulitan manusia lain adalah orang yang ada di dekatnya.
“Tetangga bantu tetangga, pikiran saya pertama kali adalah orang yang bisa membantu tetangganya adalah orang yang paling dekat dengan lingkungan itu. Memang atasan (pemerintah) wajib memberi perhatian kepada mereka, namun orang terdekat adalah yang pertama harus membantu,” ungkapnya.
Wanita lulusan S1 Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada ini mengungkapkan di Bulan Ramadhan ini bahkan ada yang menyumbang 1 kuintal beras.
“Ada banyak donatur, kemarin dapat 1 kuintal beras tapi saya bagikan bertahap. Saat ini banyak amanah yang saya pegang, donasi dan bantuan dari orang lain berdatangan. Harapannya saya bisa Istiqomah terus menebar kegiatan positif ini,” bebernya.
Sementara itu, salah seorang donatur Dwi Ariningsih (41) warga Cibuk Lor, Seyegan, sengaja ingin ikut berpartisipasi untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak Corona. Dia mengaku ada hasil dari pendapatannya yang merupakan hak orang lain.
“Memang kan dari saya memang sangat senang kalau bisa dari kemampuan saya bantu sesama. Ini panen sendiri, karena ada bagian bukan punya kita. Yang dirasakan (saat berbagi) plong,” kata Dwi.
[Supriyanto/Har]