Beritainternusa.com,Jatim – Wabah virus Corona meluas. Hari ini sudah melewati angka 1.000 kasus di Jawa Timur. Tepatnya 1.031 yang terkonfirmasi positif COVID-19. Situasi ini makin mengkhawatirkan jika tidak diikuti kewaspadaan, kedisiplinan dan kepatuhan secara komprehensi. Apalagi beberapa klaster baru penularan COVID-19 mulai bermunculan.
Terakhir adalah klaster baru PT Sampoerna yang berujung pada penghentian kegiatan produksi setelah dua karyawannya positif terjangkit COVID-19 dan meninggal dunia.
Hingga Jumat (1/5) jumlah pasien positif COVID-19 di Jawa Timur berjumlah 1.031 kasus. Sementara jumlah PDP berjumlah 3.131 orang dan ODP berjumlah sebanyak 19.585 orang. Jumlah pasien sembuh mencapai 165 orang atau sebanyak 16 persen. Sementara korban meninggal mencapai 107 orang atau sebanyak 10,38 persen.
“Meningkatnya kasus COVID-19 di Jatim akibat transmisi lokal atau antar warga. Meskipun tanpa ada riwayat perjalanan ke luar daerah,” kata Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi.
Khofifah meminta masyarakat untuk berkegiatan di rumah dan mengurangi bahkan meniadakan kegiatan di luar rumah dalam upaya memutus mata rantai penularan COVID-19.
“Manfaatkan PSBB ini untuk kebersamaan dengan keluarga. Jangan sampai karena alasan bosan di rumah akhirnya malah membawa virus ke rumah dan menularkan kepada keluarga, saudara, tetangga, dan sebagainya,” terangnya.
“Saya yakin Jatim mampu melewati ini semua. Kuncinya satu, disiplin. Jangan sampai PSBB ini diperpanjang,” lanjut Khofifah.
“Dari 38 kabupaten/kota, 37 di antaranya telah berstatus zona merah, termasuk Ngawi yang baru hari Kamis (30/4) menjadi zona merah. Hanya tersisa satu kabupaten yang berstatus zona hijau yakni Sampang,” ungkap Khofifah.
“Kota Surabaya menjadi episentrum penularan COVID-19 di Jatim dengan jumlah pasien positif terbanyak, yaitu 496 dari 1.031 kasus positif atau setara dengan 48,1 persen,” tambah dia.
Untuk pengumuman hasil kasus positif hari Jumat merupakan hasil dari pemeriksaan sampel 3-5 hari lalu. Artinya kasus positif hari ini lebih tepat untuk menggambarkan 3-5 hari yang lalu. Oleh karena itu, penambahan kasus ODP dan PDP dapat dipertimbangkan sebagai indikator pelaksanaan dalam PSBB. Hal ini karena datanya bersifat real-time tanpa harus menunggu hasil laboratorium.
Hari ini penambahan kasus PDP di Surabaya 43 orang, dua hari sebelumnya PDP bertambah 66 orang. Sedangkan penambahan kasus ODP di Surabaya 53 sekarang tambah 102 orang.
Tren yang agak menggembirakan dapat dilihat pada Sidoarjo dan Gresik. Sebab, tidak ada penambahan sama sekali. Padahal sehari sebelumnya PDP bertambah sebanyak 21 orang di Sidoarjo dan 4 orang di Gresik. Selain itu, ODP di Sidoarjo bertambah 10 orang, padahal sehari yang lalu bertambah 12 orang. Sedangkan ODP di Gresik bertambah 7 orang dan sehari sebelumnya bertambah 2.
“Kita tidak boleh lengah,” tandas Khofifah.
[Mario/Har]