bawang merah

Beritainternusa.com,Jakarta – Memasuki bulan Ramadan 2020, bawang merah menjadi komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga tertinggi. Dilansir Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) lonjakan harga bawang merah hampir merata di seluruh Indonesia.

Bahkan di Manokwari harga bawang merah dibanderol Rp70.000 per kilogram, dalam lingkup nasional harga bawang dijual Rp45.800. Namun, di provinsi Sulawesi Barat bumbu dapur utama tersebut dihargai Rp32.250 per kilogram.

Menteri Perdagangan (Mendag), Agus Suparmanto, mengakui adanya lonjakan harga bawang merah saat melakukan kunjungan ke pasar induk Kramat Jati (29/4). Menurutnya lonjakan bawang merah diakibatkan oleh menurunnya hasil produksi di sejumlah wilayah utama pemasok bawang.

“Penurunan terjadi karena hasil tanam yang kurang bagus dan stok panen sebelumnya mengalami kerusakan. Sehingga harga bawang merah naik,” kata dia melalui keterangan tertulis, Kamis (30/4).

Mendag Agus menjelaskan, berdasarkan informasi dari Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), kenaikan harga bawang merah akibat turunnya produksi di sentra produksi bawang merah di Brebes Jawa Tengah hingga 10 persen.

Di samping itu, kenaikan harga bibit bawang merah menjadi Rp40.000 sampai Rp 45.000 per kilogram atau melonjak hingga lebih dari 100 persen berimbas pada penurunan luas tanam sekitar 30 persen karena yang bisa tanam hanya petani bermodal besar.

Penurunan produksi tersebut berpengaruh pada stok bawang merah yang kewalahan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang kian meningkat di bulan Ramadan. Imbasnya lonjakan harga bawang merah terjadi di sejumlah daerah ditengah pandemi virus corona.

“Dari sisi distribusi ke Jakarta saat ini juga diinfokan ada penurunan, ini tergambar dari penurunan pasokan bawang merah ke Pasar Induk Kramat Jati menjadi sekitar 79 ton per hari dalam seminggu terakhir, di bawah pasokan normal,” jelasnya.

Kendati demikian, Mendag Agus mengatakan berdasarkan informasi dari Kementerian Pertanian (Kementan) pada akhir Mei 2020 akan ada potensi panen raya di sentra produksi bawang di luar wilayah Pantura Jawa, seperti Nganjuk, Bima, dan Enrekang.

Oleh karenanya, panen ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pasokan bawang merah. Imbasnya harga jual bawang dapat ditekan sampai tingkat harga wajar (Harga Acuan) sebesar Rp32.000 per kilogram.

Jelang Ramadan dan Idul Fitri, ketersediaan stok pangan termasuk bawang merah menjadi hal yang utama bagi pemerintah. Tantangan ketersediaan pangan saat ini juga kian kompleks kala virus corona menyebar ke lebih 200 negara di dunia termasuk Indonesia.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan mengungkapkan sektor pertanian adalah satu – satunya sektor yang mampu bertahan dalam kondisi apapun. Ungkapan tersebut dibuktikan dengan kemampuan produksi petani bawang merah di berbagai daerah yang hasilnya diprediksi mampu mencukupi kebutuhan nasional bahkan surplus.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mengatakan jelang Ramadan ini, ketersediaan bawang merah dipastikan aman meski diwaktu bersamaan Indonesia tengah mengalami pandemi covid-19.

Berdasarkan data monitoring Early Warning System (EWS) yang dirilis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, lanjutnya produksi bawang merah Bulan April 2020 diperkirakan menyentuh angka 135.755 ton, sementara kebutuhannya diprediksi mencapai 114.710 ton sehingga masih ada surplus 21.045.

“Begitu pun di bulan Mei, Produksi diperkirakan mencapai 120.373 ton, sementara kebutuhan berada di angka 119.080 sehingga masih ada surplus 1.293 ton,” rinci Anton.

Ketersediaan bawang merah Bulan Maret hingga April juga dipastikan aman. Anton mengatakan hampir seluruh sentra produksi bawang marah di Indonesia akan terus berproduksi. Apabila hasil produksi masing – masing sentra dirinci, untuk wilayah Brebes saja produksinya bisa mencapai 69.749 ton, Enrekang 28.272 ton, Bima 20.921 ton.

“Begitu pun daerah sentra lainnya seperti Garut angka produksinya bisa mencapai 12.127 ton, Pati 10.665 ton, Probolinggo 9.488 ton, Demak 8.742 ton, Cirebon 8.092 ton, Nganjuk 5.765 ton, Malang  5.159 ton, Grobogan 4.963 ton dan Temanggung 4.172 ton,” jelasnya.

Anton bahkan mengatakan apabila terjadi kelangkaan pasokan di Jabodetabek, sentra – sentra tersebutlah yang akan digerakkan untuk meningkatkan suplai ke pasar induk se-Jabodetabek. Terkait pendistribusian ia mengaku telah menggandeng beberapa start-up bidang pertanian seperti Sayur Box, Tani Hub, Kedai Sayur untuk membantu memasarkan hasil panen petani hingga ke konsumen.

“Ini untuk memudahkan petani menjual produknya dan memudahkan konsumen memperoleh kebutuhan pangan, jadi masyarakat bisa belanja walau tetap di rumah,” tukasnya.

Sebagai salah satu komoditas hortikultura yang sangat strategis, ketersediaan bawang merah yang terbilang aman juga diungkapkan oleh salah satu Petani Milenial sekaligus pelaku usaha bawang merah asal Bandung, Ujang Margana. Ia mengatakan situasi produksi dan distribusi bawang merah saat ini dalam kondisi yang aman.

“Gak usah kuatir, pasokan bawang merah saat ini cukup besar, karena akhir bulan ini hingga awal April banyak daerah penghasil bawang merah memasuki masa panen, Distribusinya juga dijamin tetap lancar meskipun ada zona merah pandemi corona,” pungkasnya.

[Admin]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here