Beritainternusa.com,DIY – Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat pada tanggal 26-28 April 2020 sudah ada ratusan orang yang ditolak masuk DIY. Mereka yang dilarang masuk merupakan pemudik.
“Dari data tanggal 26 April 2020-28 April 2020, kami mencatat total 198 orang yang kami tolak masuk DIY. Jumlah itu dari tiga titik pos pemantauan,” kata Kasi Pengendalian Lalu Lintas Dishub DIY, Lazuardi saat dihubungi wartawan, Rabu (29/4/2020).
Berdasar data dari tiga pos pemantauan yakni Tempel, Prambanan, dan Temon, rinciannya pada 26 April 2020 ada 44 orang yang ditolak masuk dari total 641 orang yang diperiksa.
Kemudian tanggal 27 April 2020 ada lima orang yang ditolak masuk dari total 1.440 orang yang diperiksa. Selanjutnya tanggal 28 April 2020 ada 93 orang yang ditolak masuk dari total 1.200 orang yang diperiksa.
“Mereka dari zona merah dan karena datang dengan alasan mudik, itu yang kami tolak masuk DIY. Walaupun alasannya tidak disebutkan tapi dari KTP bukan orang Yogya, ya sudah kami kembalikan,” jelas Lazuardi.
Dishub, kata Lazuardi, juga sudah memberlakukan putar balik terhadap kendaraan pemudik sejak 24 April 2020.
“Sudah mulai tanggal 24 April hanya untuk kendaraan di zona merah dan orang yang suhu badannya lebih, tapi pada 26 April sudah diterapkan full putar balik,” ucapnya.
Berdasar data dari tanggal 24 April hingga 28 April, untuk kendaraan yang diminta putar balik total ada 49 kendaraan pribadi.
“Bus masih ada yang masuk, tapi kita tidak melihat kendaraan tapi orientasi orangnya, kalau pemudik itu yang kita suruh balik,” lanjutnya.
Sejauh ini, temuan di lapangan masih ada yang belum menerapkan physical distancing dan tidak mengenakan masker.
“Ada yang belum pakai masker dan physical distancing. Hanya jumlahnya sedikit,” terangnya.
Kemudian dari tiga pos pemantauan, Lazuardi menyebut titik Prambanan dan Tempel paling banyak pemudik yang diminta untuk putar balik.
“Prambanan itu pemudik dari Surabaya yang kita tolak. Kalau yang Tempel itu kebanyakan dari Tasikmalaya, Semarang dan Jabodetabek. Tapi kalau Jabodetabek kebanyakan lewat Temon,” ungkapnya.
[Supriyanto/Har]