Beritainternusa.com,Jatim – Sebuah desa di Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar menutup akses jalan. Penutupan jalan ini bukan karena ada warganya positif terinfeksi virus corona, Lalu kenapa?
Desa itu bernama Rejowinangun, sebuah desa sentra perajin jenang dan geti di wilayah Kabupaten Blitar. Sejak Selasa (21/4) lalu, sebanyak 13 ruas jalan di desa ditutup total mulai pukul 20.00 – 05.00 WIB.
Meski jalan desa, namun 13 jalan itu merupakan jalur alternatif dari Pasar Kademangan menuju Kecamatan Sutojayan. Jalan itu juga sangat ramai jika malam hari. Walaupun hanya ada satu dusun, namun Rejowinangun terdiri dari 4 RW dan 18 RT.
Kades Rejowinangun, Bagas Wigasto menyatakan, walaupun warga desanya tidak ada yang positif terinfeksi corona, namun warga sepakat menutup akses jalan berdasarkan kajian selama 2 pekan sebelumnya.
“Kami akhirnya sepakat, 13 jalan desa itu harus ditutup mulai jam 8 malam sampai jam 5 esok paginya. Kesepakatan ini hasil kajian kami selama dua pekan,” kata kades kepada wartawan, Kamis (23/4/2020).
Menurut Bagas, ada dua faktor mengapa warga sepakat ada penutupan total 13 jalan di desa mereka. Pertama, hampir 30 persen warga Desa Rejowinangun bekerja di luar kota. Akibat adanya kebijakan imbauan tidak mudik, ternyata banyak pemudik menyelinap datang ke kampungnya pada malam hari.
“Ya memang begitu faktanya. Banyak pemudik diam-diam datang pada malam hari sehingga tidak terpantau. Itu masih imbauan. Mulai besok 24 April kan sudah benar-benar dilarang,” jelasnya.
Faktor kedua, ternyata masa pandemi corona meningkatkan angka kriminalitas di desanya. Dalam sebulan terakhir, ada tiga aksi penjambretan yang dilakukan di jalan desa dan aksi pencurian di rumah warga.
“Kriminalitas meningkat. Banyak jambret padahal di jalan desa. Lampu penerangan jalan juga ada. Makin banyak orang nekat kalau menurut saya,” kata pria berusia 42 tahun ini.
Dengan menutup 13 jalan desa, Bagas memutuskan akses masuk Desa Rejowinangun menjadi satu pintu. Yakni di simpang empat depan Kantor Desa Rejowinangun. Di titik itu, juga terintegrasi dengan linmas dan relawan COVID-19.
Dekat dengan check point, telah disiapkan dua tempat karantina. Yakni Polindes Kademangan yang memiliki 3 ruang dengan kapasitas 3 orang. Dan di SDN Rejowinangun 1 yang memiliki tujuh kelas. Setiap kelas bisa menampung 10 sampai 15 pemudik.
“Di lokasi itu juga kami jadikan check point. Jadi bisa lebih maksimal memantau warga yang datang, pemudik dan pelaku kriminal tidak bisa masuk lagi ke wilayah kami,” pungkasnya.
[Mario/Har]