Beritainternusa.com,Papua – Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw menyebut jumlah warga Distrik Tembagapura mengungsi ke Kota Timika, Kabupaten Mimika, Papua, sekitar 1.700 jiwa. Ribuan warga itu mengungsi lantaran khawatir akibat teror dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
“Kurang lebih 1.700 dari Tembagapura turun ke Timika. Itu sudah lama minggu lalu,” kata Paulus saat dihubungi wartawan , Selasa (24/3).
Para pengungsi itu hingga kini masih berada di Timika. Paulus sendiri mengklaim situasi di Tembagapura saat ini dapat dikendalikan. Namun mantan Kapolda Sumut itu enggan menjelaskan situasi terkini di Tembagapura, termasuk perkembangan kasus pembakaran gereja Kemah Injil Indonesia Jemaat Sinai di Kampung Opitawak.
“Sementara sudah bisa kita tangani itu semua. Saya lagi fokus Corona dulu,” kata Paulus.
Wakil Bupati Mimika, Johannes Rettob sebelumnya mengatakan, dalam beberapa hari terakhir gelombang evakuasi warga dari empat kampung di Distrik Tembagapura ke Timika terus dilakukan. Dan kini sudah lebih dari 1.000 warga telah berada di Timika.
“Pemerintah daerah sangat berharap situasi ini segera berakhir. Perlu segera diambil solusi yang tepat agar situasi keamanan di Waa, Banti, Kimbeli, Opitawak dan Utikini bisa kembali pulih. Kami tidak tahu butuh waktu berapa lama untuk situasi di Tembagapura itu bisa kembali normal seperti dulu,” kata Johannes, Senin (9/3).
Dia mengungkapkan, ribuan warga Distrik Tembagapura meminta dievakuasi ke Timika lantaran kondisi keamanan di kampung halaman mereka tidak menjamin masyarakat itu bisa bertahan.
“Masyarakat tentu merasa takut, terancam, traumatis. Kalau mereka bertahan di sana, mereka kesulitan untuk mendapatkan bahan kebutuhan pokok. Untuk beraktivitas seperti pergi mendulang juga tidak bisa, makanya mereka meminta pemerintah bersama aparat TNI dan Polri serta PT Freeport Indonesia memfasilitasi mereka turun ke Timika,” ujarnya.
Dengan kondisi dan situasi yang demikian itu, praktis seluruh pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, dan lainnya juga lumpuh total. Bahkan untuk bidang pendidikan, anak-anak usia sekolah di Kampung Banti dan sekitarnya itu sudah lama (sekitar tiga tahun) tidak lagi mengenyam pendidikan sejak fasilitas sekolah mereka (SD Negeri dan SMP Negeri Satu Atap Banti) dibakar oleh KKB pada sekitar Februari 2017.
Gelombang evakuasi warga Banti dan sekitarnya ke Timika terjadi sejak Jumat (6/3) petang, kemudian berlanjut pada Sabtu (7/3) dini hari, dan terakhir pada Minggu (8/3) malam sebanyak 614 warga kembali dievakuasi ke Timika.
900 warga dari empat kampung di Distrik Tembagapura mengungsi ke Timika Papua. Mereka mengungsikan diri akibat takut aksi teror penembakan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Paulus sebelumnya mengatakan, 900 orang yang mengungsi berasal dari empat kampung, yakni Utikini, Longsoran, Kimbely dan Banti. Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak yang takut hingga minta tolong untuk dievakuasi.
“Aparat keamanan TNI-Polri hanya membantu memfasilitasi permintaan tersebut dan mendapat bantuan kendaraan dari PT Freeport untuk mengangkut warga,” kata Paulus, Minggu (8/3)
Dia mengakui, selain mengungsi ke Timika juga ada warga yang lebih memilih mengungsi ke polsek dan koramil di Tembagapura Papua.
Mantan Kapolda Sumut mengakui masih terjadi kontak tembak antara aparat keamanan dengan KKB. Kontak tembak masih terjadi sehingga anggota diminta waspada dan jangan lengah. [Har]