Beritainternusa.com,Jatim – Menyebarnya virus corona telah mempengaruhi laju ekonomi Indonesia. Mantan Menteri Koordinator bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri era Presiden Abdurahman Wahid, Rizal membeberkan beberapa dampak virus ini ke ekonomi Indonesia.
Dia menjelaskan, saat ini pertumbuhan kredit bertengger pada angka 4 persen. Angka terhitung merosot dari tahun lalu yang bertengger diangka 6,02 persen.
“Tahun lalu pertumbuhan kredit hanya 6,02 persen kalau ekonominya normal, ekonomi tumbuh 6,5 persen. Pertumbuhan kredit itu harusnya 15-18 persen, ini cuma 6,02 persen atau sepertiganya,” ujarnya saat berkunjung ke Surabaya , Minggu (8/3).
Dengan adanya persoalan penyakit corona ini, ia memprediksi pertumbuhan kredit akan makin merosot lagi hingga 1 persen atau hanya akan menjadi 3 persen dari sebelumnya yang bertengger di angka 4 persen.
Selain itu, persoalan ekonomi Indonesia pun diprediksi tidak akan membaik dalam kwartal ke dua dan ketiga tahun ini. Dia menyebut, selain karena faktor corona, ada 5 persoalan lain yang saat ini tengah mendera Indonesia.
Pertama, semua indikator makro merosot lebih jelek dibanding 5 hingga 10 tahun yang lalu. Defisit perdagangan, transaksi berjalan, primari balance dari anggaran, tax ratio dan sebagainya.
“Kalau semua indikator makro itu merosot harusnya rupiah itu melemah, tapi tidak terjadi. Karena didopping pemerintah minjam lebih besar dari luar negeri dengan bunga lebih mahal jadi buat menopang rupiah biar agak kuat sedikit,” tegasnya.
Kedua, daya beli masyarakat, pada tahun-tahun sebelumnya belum pernah daya beli sejelek ini. Ketiga, kasus gagal bayar Jiwasraya dan Asabri turut memilik peran dalam permasalahan ekonomi bangsa ini.
Keempat, perkembangan digital, Bisnis online atau bisnis digital ini sedang mengalami koreksi valuasi. Gelembungnya dianggap terlalu besar hingga akan mengalami koreksi antara 40-50 persen.
Kelima, pendapatan petani. Menurutnya, petani pada September lalu harusnya sudah menanam padi. Namun karena kemarau baru bisa melakukan penanaman padi. Hal ini, diakuinya mengakibatkan panen diprediksi mengalami kemunduran pula, antara Mei dan Juni tahun ini.
“Begitu petani panen padi, Bulognya tidak punya uang untuk beli. Karena bulog masih rugi Rp30 sekian triliun. Kedua digudang masih banyak beras impor 1,7 juta ton. Jadi kasihan sekali petani kita nanti, yang beli itu tidak ada. Didesa itu sederhana ada panen itu ada uang lah kalau tidak ada panen maka susah bener,” katanya.
Jika kelima faktor tersebut terjadi pada saat bersamaan pada kwartal kedua ini, maka Indonesia diprediksi akan mengalami krisis ekonomi. Sehingga, masalah corona dan kelima faktor di atas, dianggap sebagai persoalan yang cukup serius dan harus segera disikapi oleh pemerintah.
“Masalah corona ini serius banget bisa-bisa ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sekitar 3 persen,” tandasnya. [Har]