borobudur

Beritainternusa.com,DIY – Balai Konservasi Borobudur (BKB) memberlakukan pembatasan kunjungan wisatawan di Candi Borobudur hanya sampai lantai 8 sejak 13 Februari 2020. Sedangkan lantai 9 dan 10 ditutup untuk umum sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Pembatasan ini merupakan upaya BKB untuk menjaga kelestarian bangunan Candi Borobudur agar dapat dinikmati generasi mendatang. Sebab setiap tahunnya kunjungan wisata ke Candi Borobudur untuk mencapai 4.000.000 orang.

“Untuk sementara di lantai 9 dan 10 dilakukan monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui kerusakan di lantai tersebut,” kata Kepala Balai Konservasi Borobudur Tri Hartono seperti dilansir dari Antara, Minggu (8/3).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lantai 9 dan 10 mengalami kerusakan hampir 30 persen dan di tangga naik mengalami kerusakan hampir 40 persen.

“Kerusakannya bermacam-macam, keausannya ada yang hanya satu milimeter, ada yang 2 sentimeter, bahkan ada yang 4 sentimeter,” jelasnya.

Menurutnya, keputusan untuk monitoring ini tujuannya agar bagian paling suci, terutama di stupa induk dan Arupadatu tersebut bisa lebih terawat.

“Kalau kerusakan dibiarkan terus-menerus kita akan kehilangan satu warisan budaya yang berarti bagi bangsa Indonesia. Kita berharap warisan ini bisa tersambungkan ke generasi yang akan datang,” terang Hartono.

BKB melakukan pengamatan di lantai 9 dan 10, di lantai tersebut ditutup untuk umum, kecuali untuk kegiatan yang berhubungan dengan ritual keagamaan termasuk jika ada tamu negara yang datang.

Berdasarkan penelitian tahun 2008-2009, dia mengungkapkan, dengan dua juta pengunjung per tahun kira-kira batu tangga aus sekitar 0,2 sentimeter, berarti kalau 10 tahun sudah 2 sentimeter, padahal pengunjung kini sampai 4 juta per tahun sehingga keausan batu akan lebih cepat lagi.

Dalam upaya pelestarian tersebut BKB juga akan melapisi tangga naik candi peninggalan wangsa Syailendra itu dengan papan kayu untuk melindungi batuan candi.

“Jenis kayu jati nanti akan digunakan untuk melapisi tangga Candi Borobudur,” katanya.

Dalam ujicoba beberapa waktu lalu ada yang menggunakan pelapisan dari kayu dan karet dan ternyata dengan pelapisan dari bahan kayu lebih baik. Anggaran untuk pelapisan tangga candi tersebut masih dalam penghitungan.

“Perbandingannya kayu jati lebih bagus, lebih lentur, sedangkan bahan dari karet kalau terkena panas jadi mengeras,” ujarnya.

Hartono menambahkan, rencananya keempat sisi tangga dilapisi kayu semua, kemudian juga lapisan melingkar di lantai tujuh.

“Kami harapkan nanti pengunjung naik ke atas sampai lantai tujuh kemudian berkeliling di situ terus turun. Jadi pengunjung hanya sampai ke lantai tujuh untuk lantai di atasnya bisa dilihat dari bawah,” katanya.

Tri menuturkan rencananya pengunjung naik Candi Borobudur hanya dibatasi sampai lantai tujuh, karena jika dilihat di lantai delapan dan sembilan mengalami keausan yang cukup parah.

“Keausan batu lantai paling parah di lantai delapan dan sembilan karena biasanya pengunjung berkeliling di situ,” katanya.

Hartono menyampaikan untuk keausan tangga paling parah pada tangga di sisi timur karena digunakan untuk naik.

Dalam upaya pelestarian Candi Borobudur juga direncanakan pengembangan situs-situs di kawasan Borobudur sebagai upaya pemecah atau penyebaran pengunjung Candi Borobudur.

Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Borobudur (BKB) Yudi Suhartono mengatakan pelindungan situs-situs di kawasan cagar budaya Borobudur selain Candi Borobudur, Mendut dan Pawon, BKB juga memfokuskan untuk penyelamatan dan pengamanan situs Dipan, Brongsongan, Samberan, Bowongan dan Plandi.

Pada akhir tahun 2019, BKB telah melaksanakan ekskavasi penyelamatan di kelima situs tersebut yang bertujuan untuk mendata bentuk dan material dari masing-masing situs.

Pemagaran telah dilaksanakan di situs Dipan, Brongsongan, Samberan, dan Plandi sebagai langkah awal pengamanan dan penataan situs-situs tersebut.

Pemantauan situs-situs di sekitar Candi Borobudur merupakan bagian dari monitoring kawasan Cagar Budaya Borobudur yang bertujuan untuk mengamati dan memantau aktivitas berkaitan dengan kondisi keterawatan situs, perubahan lahan dan bentang pandang, serta perubahan fasad bangunan tradisional.

Yudi menuturkan monitoring ini berupa catatan dan rekomendasi yang akan diberikan kepada pihak yang berwenang terutama kepada pihak yang terkait dengan penataan kawasan di lingkungan Kawasan Cagar Budaya Borobudur, karena pengelolaan dan wewenang di wilayah zona 3 Candi Borobudur dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Magelang.

“Monitoring dan evaluasi kawasan ini dilakukan juga sebagai salah satu tanggung jawab BKB sebagai site manager Borobudur compounds sebagai Warisan Dunia, yang harus memberikan laporan secara periodik kepada Unesco, terkait dengan upaya atau langkah yang dilakukan untuk merawat dan menjaga Candi Borobudur dari ancaman terhadap kelestariannya,” katanya.

Pada tahun 2015, pemerintah melalui amanat Presiden untuk mendongkrak sektor pariwisata sebagai pendapatan devisa negara, mengembangkan destinasi 10 Bali Baru antara lain kawasan Borobudur (Joglosemar) dengan target kunjungan wisatawan asing sejumlah 2 juta orang dan pada dua tahun terakhir lebih digenjot lagi dengan program superprioritas.

“Guna mendukung program pemerintah tersebut tentunya diperlukan upaya strategi pengembangan yang ideal dan tepat yang didukung dari berbagai sektor. Pemerintah kemudian menyusun Integrated Managemen Tourism Plan (ITMP) yang di dalamnya membahas visitor management di kawasan Candi Borobudur,” katanya.

Ia menyampaikan kerentanan terhadap dampak negatif tingkat kunjungan wisatawan dapat diminimalkan dengan manajemen pengunjung yang efektif untuk mengatur dan memecah pengunjung agar tidak hanya terkonsentrasi di area Candi Borobudur saja, namun dapat disebarkan ke kawasan Borobudur.

Yudi menuturkan senyampang pula sebagai upaya pemberdayaan masyarakat agar lebih meningkat kesejahteraannya dan lestarinya Candi Borobudur agar dapat diwariskan kepada generasi di masa depan.

Balai Konservasi Borobudur melaksanakan pemantauan terhadap kondisi situs Plandi, Samberan, Bowongan, Brongsongan, dan Dipan yang telah selesai diekskavasi dengan mengajak beberapa stakeholder terkait.

“Marilah bersama-sama melestarikan Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia kebanggaan Bangsa Indonesia ini agar dapat lestari sehingga terwariskan ke generasi mendatang negeri ini,” tutupnya. [Har]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here