Beritainternusa.com,Jateng – Gunung Merapi mengalami erupsi, Selasa (3/3) pukul 05.22 WIB. Erupsi ini mengeluarkan kolom letusan hingga setinggi 6.000 meter dan awan panas guguran berjarak maksimal 2.000 meter ke arah Kali Gendol.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida mengatakan erupsi Gunung Merapi ini disebabkan oleh tekanan gas yang berada di dalam.
“Penyebabnya adanya gas. Ini masih seperti kemarin saat ini masih erupsi dominan gas. Tapi ada magmatisnya. Kalau dulu kan freatik, gas murni tidak ada material magmatis. Ini kan sudah sejak bulan agustus 2018 sudah keluar magmanya. Tapi masih dominan gas. Tekanan gasnya lebih besar dari yang kemarin,” ujar Hanik di Kantor BPPTKG Yogyakarta.
Hanik menerangkan erupsi yang terjadi pagi ini lebih besar dibandingkan yang terjadi pada (13/2) yang lalu. Hal ini berkaitan dengan tekanan gas yang dikeluarkan di erupsi pagi ini lebih besar pula.
“Jadi ini merupakan erupsi tunggal seperti kemarin (13 Februari) bahwa dominasi erupsi adalah erupsi gas. Tekanan gasnya lebih besar dari kemarin. Dari kemarin Oktober sampai 13 Februari adalah eksplosif dominan gas. Gasnya adalah proses intrusi magma,” terang Hanik.
Hanik menerangkan paska erupsi pagi ini, tidak ada peningkatan status dari Gunung Merapi. Hingga saat ini Gunung Merapi masih berstatus waspada. Status waspada ini telah ditetapkan sejak 21 Mei 2018 yang lalu.
“Tidak ada peningkatan (status). Kondisi saat ini (Gunung) Merapi masih seperti kemarin artinya tidak ada potensi bahaya yang lebih dari 3 kilometer. Jadi status juga masih waspada,” ucap Hanik.