Beritainternusa.com – Putri Presiden Pertama RI Soekarno,Sukmawati Soekarnoputri bercerita tentang ayahnya saat jatuh hati dengan sang ibunda Fatmawati. Sukmawati mengungkapkan, kisah Bung Karno jatuh hati kepada Fatmawati saat berada di Kota Bengkulu, Sumatera.
“Pertemuan insinyur Soekarno yang tadinya dibuang oleh penjajah Belanda, dari pemerintah Belanda itu, dari Flores Ende itu harus pindah ke kota Bengkulu di tahun ’42, di kota inilah bertemu dengan gadis cantik adalah Fatmawati binti Hasan Din,” kata Sukmawati di acara peresmian Monumen Pahlawan Nasional Fatmawati Soekarno di Bengkulu, Rabu (5/1).
Dia menuturkan, ayah Fatmawati, Hasan Din yang juga tokoh Muhammadiyah sangat hormat kepada Insinyur Soekarno sebagai pemimpin bangsa untuk kemerdekaan Indonesia. Sehingga, Bung Karno lantas diam-diam meminang Fatmawati sebagai istri.
“Jatuh cintalah Bung Karno dengan gadis cantik tersebut dan sudah meminangnya secara diam-diam kepada Pak Hasan Din,” ucapnya.
Kemudian, Sukmawati menjelaskan, ketika Jepang mulai masuk ke Indonesia, Belanda kabur terbirit birit karena sudah babak belur di Perang Dunia II di Eropa.
Lalu, Jepang masuk ke Indonesia dan mencari Soekarno untuk membahas persiapan kemerdekaan Indonesia. Sehingga, Bung Karno harus meninggalkan kota Bengkulu untuk pergi ke Jakarta .
Saat beranjak dari Bengkulu ke Jakarta, Soekarno menitipkan pesan kepada Hasan Din supaya Fatmawati tidak boleh dilamar oleh pria siapapun.
“Di situ (Soekarno) sudah dititipkan pesan kepada Pak Hasan Din, dan kepada Ibu saya Fatmawati pada Pak Hasanudin beliau berkata, jangan dikasih gadis Fatmawati kepada siapa siapa, adalah takdir saya untuk saya persunting nanti menjelang kemerdekaan,” ucap Sukmawati.
“Jadi dengan tertib Pak Hasan Din tidak berani menerima lamaran dari siapapun kecuali dari insinyur Soekarno, maka terjadi lah pernikahan dan diboyong Ibu Fatmawati ke Jakarta,” tambahnya.
Kemudian, setelah di Jakarta dan persiapan kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Soekarno memberikan tugas mulia kepada Fatmawati untuk menjahit bendera merah putih.
“Bung Karno bilang sama Jepang saya mau kain merah dan putih, kemudian disediakan pemerintah Jepang kain merah dan putih, kemudian tugas ibu Fatmawati adalah menjahit, ini akan menjadi bendera Republik Indonesia,” tuturnya.
Dengan itu, Fatmawati melaksanakan tugas sucinya menjahit bendera merah putih dan dikibarkan pada hari kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Pengibaran tersebut sambil diiringi lagu Indonesia Raya yang lebih dahulu sudah diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman.
“Maka diiringi lagu Indonesia Raya berkibarlah bendera merah putih dan proklamasi pun dibacakan bahwa kita sebagai bangsa yang merdeka,” tutup Sukmawati.
Dalam acara peresmian Monumen Fatmawati tersebut dihadiri Presiden RI Joko Widodo, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Sosial Juliari Batubara, Putra Soekarno, Guruh Soekarnoputra, cucu Bung Karno Puti Soekarnoputri dan Puan Maharani yang juga Ketua DPR RI.