
Jokowi sering dateng ke kantor Pak Hashim di Mid Plaza Dua,selalu datang ngeluh,Jokowi juga menyatakan bahwa dia tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa-siapa. Memang saat itu tidak ada satupun pengusaha baik pribumi maupun pusaha non pribumi yang dukung,” katanya.
Atas dasar itu, Hashim mengambil alih semua urusan, termasuk biaya Jokowi untuk menjadi DKI 1. Jika ditotal, ia menyebut lebih dari Rp100 miliar sudah digelontorkan Hashim kepada Jokowi.
Beritainternusa.com,Jakarta– Anggota Direktorat Komunikasi dan Media BPN Prabowo Subianto- Sandiaga Uno -Sandiaga Uno, Nicholay, mengklaim bahwa Joko Widodo menggunakan ratusan miliar uang adik capres jagoannya, Hashim Djojohadikusumo, saat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
“Puluhan miliar, sampai ratusan (uang Hashim dipakai Jokowi). Ada beberapa teman saksi hidup. Kami yang mengantar duit itu pakai kantong kresek ke rumah pemenangannya, ke Jokowi langsung,” ucap Nicholay di pusat media BPN jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan.
Klaim tersebut dilontarkan untuk membantah klaim Jokowi yang mengatakan dalam debat pilpres perdana pada Kamis (17/1) bahwa ia tak mengeluarkan uang sama sekali saat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Nicholay sebagai anggota tim sukses Jokowi saat memperebutkan kursi DKI 1 mengaku tahu betul aliran dana tersebut.
“Jadi dia katakan bahwa tanpa biaya politik, itu pembohong. Ada beberapa teman kami saksi hidup,” kata Nicholay.
Ia bercerita dulu Jokowi yang masih menjabat sebagai Wali Kota Solo mengundangnya agar bisa diperkenalkan dengan Hashim yang berprofesi sebagai pengusaha.
“Karena saya lihat dia (Jokowi) waktu itu cukup sederhana, saya sampaikan ke Pak Hashim dan atur waktu untuk kenalkan ke Jokowi. Setelah itu Jokowi memaparkan keberhasilan di Solo saat jadi wali kota dan segala macem,” ucapnya.
Namun, dalam obrolan tersebut, Jokowi malah menyampaikan keinginan agar bisa menjadi Gubernur DKI.
“Setelah itu dia menyatakan bahwa dia (Jokowi) punya keinginan untuk menjadi Gubernur. Kami ingin menjadikan Jokowi sebagai Gubernur Jateng, tapi kemudian Jokowi minta kepada Pak Hashim untuk bisa masuk ke Jakarta,” katanya.
“Saya yakinkan Pak Hashim bahwa Jokowi layak pimpin DKI waktu itu untuk mengalahkan Foke. Akhirnya, Pak Hashim setuju hingga mempersiapkan segala sesuatu untuk Jokowi masuk Jakarta,” ucap Nicholay.
Untuk memuluskan jalan Jokowi ke kursi gubernur, pihaknya memutuskan untuk berkoalisi dengan PDI Perjuangan meski sempat ada penolakan dari Megawati Soekarnoputri.
Menurut Nicholay, Hashim akhirnya melaporkan penolakan tersebut kepada Prabowo supaya melobi Megawati agar melunak.
Sementara itu, Prabowo ingin agar Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi pendamping Jokowi. Namun, Hashim menolak karena Ahok dianggap pernah menghinanya. Prabowo pun akhirnya melobi adiknya dengan meyakinkan bahwa Ahok punya kapasitas sebagai DKI 2.
“Setelah itu Bu Mega setuju, padahal Mega dukung Foke. Dari situ kami mulai bekerja untuk Jokowi. Jokowi juga menyatakan bahwa dia tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa-siapa. Dan memang saat itu tidak ada satupun pengusaha baik pribumi maupun usaha non pribumi yang dukung,” katanya.
Atas dasar itu, Hashim mengambil alih semua urusan, termasuk biaya Jokowi untuk menjadi DKI 1. Jika ditotal, ia menyebut lebih dari Rp100 miliar sudah digelontorkan Hashim kepada Jokowi.
“Dia (Jokowi) juga sering dateng ke kantor Pak Hashim di Mid Plaza Dua. Sangat intens. Dan selalu datang ngeluh, akhirnya dibantu. Angkanya lebih Rp100 miliar, Jokowi yang minta, kalian boleh tanya satpam-satpam di sana kalau Jokowi suka dateng. Jadi kalau dia bilang tanpa biaya, ya bohong,” kata Nicholay.