Beritainternusa.com,Palu – Gempa dahsyat 7,4 SR disusul tsunami menyapu wilayah Palu, Sulawesi Tengah, menyisakan trauma mendalam bagi mereka yang menyaksikannya langsung. Tak hanya warga Palu, Warga Negara Asing (WNA) yang tengah berkunjung tak luput dari amukan alam.
Seperti Ng Kok Choong, warga Singapura yang menjadi saksi hidup dua bencana sekaligus tersebut. Saat itu, ia tengah berada di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).
Pria 53 tahun itu tak kuasa menentang kekuatan alam yang membikin bumi yang ia pijak berguncang hebat. Jangankan berdiri, duduk pun ia tak mampu. Ng jatuh lalu terguling.
“Saya melihat hotel berguncang seperti jeli, kepulan debu tebal di sekelilingnya, dan seketika runtuh,” kata dia seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (1/10).
Di Palu, Ng menginap di Hotel Mercure dan saat peristiwa terjadi ia berada 50 meter dari hotel.
Tak lama kemudian, laut menunjukkan gelagat aneh. Beringas bukan kepalang. Gemuruh kencang terdengar saat ombak raksasa menderu menuju pantai. Tsunami menerjang Palu.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejatinya telah mengeluarkan peringatan dini tsunami, lima menit setelah gempa magnitudo 7,4 terjadi.
Kala itu, BMKG memperkirakan gelombang tsunami Palu tingginya ‘hanya’ 1,5 meter sampai 2 meter.
Namun, sejumlah rekaman video yang beredar di media sosial menguak, gelombang raksasa yang menerjang lebih mengerikan dari perkiraan.
Pagi harinya, Sabtu 29 Desember 2018, sinar mentari yang menerangi pagi menguak kondisi Pantai Talise yang porak-poranda.
Jasad-jasad manusia ditemukan mengapung atau terbaring di antara puing-puing yang berserak.
“Gelombang tinggi, Komandan. Hampir enam meter,” kata seorang bocah 8 tahun kepada Wakil Komandan Detasemen Zeni Bangunan yang bertugas di Palu, Mayor Edy Harahap.
Saat tsunami menerjang, bocah itu mengaku terbawa ombak besar dan tersangkut di atap rumah. Ia terlihat lelah. Trauma membayang di matanya. “Dia ketakutan melihat laut,” kata Mayor Edy
Sabtu pagi itu, si bocah bersama kakaknya sedang mencari sang ibu yang tak jelas kabar beritanya. Saat gempa yang disusul tsunami terjadi, sekitar 1.000 orang berkumpul di pinggir Pantai Talise, di Anjungan Nusantara, menyaksikan pembukaan Festival Pesona Palu Lomoni.
Kuatnya lindu membuat orang-orang berhamburan ke segala arah. Kepanikan kian menjadi-jadi saat sejumlah saksi mengaku melihat air surut dan mencium aroma asin air laut yang menusuk hidung.
Tak lama kemudian, tsunami menerjang. Ombak pertama menyeret sejumlah pedagang yang ada di pantai. Gelombang gergasi kedua menyusul lebih tinggi.
Korban jiwa yang jauh, pohon yang tumbang hingga akar, bangunan ambrol, kapal besar yang melintang di daratan, jalan raya yang terkelupas, dan Jembatan Kuning yang rusak menjadi bukti dahsyatnya tsunami yang menerjang Palu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengonfirmasi, tsunami Palu mencapai hampir 6 meter saat mencapai daratan.
Dampak tsunami Palu tak hanya bikin warga Indonesia shock. Gelombang kejut juga menyebar ke seluruh dunia. Bukan cuma orang awam, ilmuwan pun dibuat penasaran.