Beritainternusa.com, Jakarta- Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto disebut akan menjenguk aktivis Ratna Sarumpaet yang diduga dianiaya. Kasus tersebut pun didorong untuk diusut tuntas karena disebut sebagai penganiayaan gaya PKI.
Diketahui, Ratna, yang juga salah satu juru kampanye Prabowo-Sandiaga Uno, diduga dianiaya oleh orang tak dikenal di Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan foto yang beredar di media sosial, wajahnya lebam akibat penganiayaan yang diterimanya. Belum ada konfirmasi terkait foto yang tersebar tersebut.
“Kunjungan Prabowo] rencananya hari ini kalau enggak salah, tapi tepatnya jam berapa kurang tahu,” kata Juru Bicara Prabowo-Sandiaga Dahnil Anzar Simanjuntak saat dihubungi, Selasa (2/10).
Dahnil mengaku dirinya bersama Prabowo dan Sandiaga Uno memperoleh foto Ratna dengan wajah yang lebam tadi malam. Setelah itu, Dahnil menghubungi Ratna melalui sambungan telepon dan membenarkan bahwa dirinya dikeroyok oleh orang tak dikenal.
“Beliau dikeroyok di dalam mobil oleh orang tak dikenal di bandara Bandung,” ucap Dahnil.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi Andre Rosiade meminta pihak kepolisian mengusut kasus itu.
“Ya lebih baik polisi berinisiatif menginvestigasi segera karena kasian juga Pak Jokowi nanti dihubung-hubungkan, di-bully orang bisa saja,” ucapnya.
Andre juga khawatir kasus dugaan pemukulan terhadap Ratna bakal dikaitkan dengan sikap kritisnya terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Takutnya kalau ini enggak ditindak kan jadi dihubung-hubungkan. Mbak Ratna kan kritis terhadap pemerintah kan, yang kasian Pak Jokowi juga,” ujarnya.
Terpisah, politikus PKS Mardani Ali Sera menilai penganiayaan terhadap Ratna mirip dengan gaya Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Gaya ini hampir seperti gaya PKI. Saya ingin menegaskan ini,” ujar dia, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (2/10).
Hal itu dikatakannya dengan membandingkan film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI. Di dalam film tersebut, ia berkata PKI melakukan cara kekerasan, persekusi, hingga merancang konflik horizontal untuk mengamankan kekuasaan.
Meski menilai demikain, inisiator #2019GantiPresiden ini enggan menduga lebih awal tentang adanya motif politik di balik penganiayaan terhadap Ratna. Ia hanya mendesak kepolisian segera mengungkap kasus kekerasan tersebut.
“Kejadian ini adalah bencana dan tragedi mesti diusut secara tuntas oleh taman-teman kepolisian,” ujarnya.
Mardani tidak mengelak gaya Ratna dalam menyampaikan aspirasi terbilang keras. Namun, hal tersebut tidak boleh menjadi alasan untuk membungkam Ratna dalam berpendapat.
“Gayanya kita tahu, tapi kita perlu orang seperti Ratna Sarumpaet,” ujar Mardani.
Di sisi lain, Mardani mengaku tidak mengetahui soal kemungkinan Ratna pernah menerima ancaman sebelum menjadi korban penganiayaan. Namun, ia mengaku Ratna bersama dengan sejumlah aktivis #2019GantiPresiden, seperti Rocky Gerung, pernah dihadang di sejumlah daerah kala hendak mendeklarasikan gerakan itu.
“Nah karena itu motif detilnya kami berharap Kepolisian dapat menentukan apa motifnya,” ujarnya.Dahnil melanjutkan bahwa Ratna enggan memberitahu siapapun soal peristiwa itu karena merasa takut.
Mengenai foto yang beredar di media sosial, Dahnil yakin bukan Ratna yang menyebarkan. Dia mengatakan Ratna masih trauma dan ketakutan.
“Jadi sudah lama, tapi kami baru tahunya tadi malam. Ternyata beliau ketakutan dan trauma sehingga tidak mengabarkan ke siapa-siapa,” ucap Dahnil.
Saat ini, lanjut Dahnil, Ratna sudah berada di rumahnya setelah dirawat di rumah sakit. Dahnil belum mengetahui rinci di mana Ratna sempat dirawat usai dikeroyok. Dia menduga Ratna sempat dirawat di rumah sakit di Bandung selama beberapa hari.
Sebelumya, Ratna dikabarkan menjadi korban penganiayaan saat tengah berada di Bandung, Jawa Barat. Belum diketahu pasti kapan peristiwa penganiayaan tersebut terjadi, namun dari foto yang beredar wajah Ratna mengalami lebam di bagian kedua matanya.
Hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan resmi yang disampaikan oleh Ratna terkait kejadian yang menimpanya.