Beritainternusa.com – Adik Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Lily Chodidjah Wahid meminta seluruh elemen bangsa Indonesia kembali menjadikan Pancasila sebagai sebuah falsafah hidup dalam kehidupan sehari-hari. Jika hal itu bisa dilakukan, NKRI akan abadi dan kuat melawan ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
“Jelang hari kesaktian Pancasila 1 oktober 2018 saya mengimbau seluruh bangsa Indonesia untuk kembali menjadikan Pancasila bukan sekadar lima sila yang tertera dalam hurup, tapi melaksanakan Pancasila sebagai sebuah falsafah hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Kalau lima sila itu betul-betul dilaksanakan, pasti akan menjadi kekuatan hebat bagi bangsa Indonesia yang majemuk tapi bersatu,” kata tokoh kebangsaan ini, Sabtu (29/9).
Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari ini yakin bila Pancasila dilaksanakan dengan baik, masuknya berbagai ideologi asing seperti radikalisme dan terorisme, otomatis akan terbendung. Menurutnya, Pancasila sangat ideal dengan Indonesia.
Menurutnya, hal itu sudah dipikirkan dengan matang oleh para founding fathers bangsa saat memutuskan Pancasila yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi dan landasan hidup bangsa. Hal itu dilakukan dengan mengganti tujuh kata dalam Piagam Jakarta yaitu ‘Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’ dengan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Langkah itu dilakukan demi mengakomodir keinginan masyarakat dari Indonesia timur.
“Itu kontribusi umat Islam yang sangat besar. Kalau hari ini ada isu intoleransi, itu adalah buah gangguan dari luar yang memang ingin memecah belah bangsa kita. Wong selama ini selama 72 tahun merdeka tidak ada apa-apa, dengan tujuh anak kata yang dihilangkan itu,” katanya.
Menurutnya, upaya-upaya memecah belah Indonesia adalah sebuah setingan internasional yang ingin menjadikan Indonesia menjadi beberapa negara bagian. Upaya pecah belah itu sudah lama dilakukan, namun sampai saat ini tidak pernah berhasil. Konspirasi internasional itu tidak lepas dari keinginan negara-negara asing yang ingin menguasai sumber daya alam Indonesia yang sangat kaya.
“Mereka menggunakan cara-cara dengan ongkos murah yaitu adu domba. Hari ini yang mereka benturkan Islam dengan Islam dan yang dipakai sebagai isu salah satunya intoleransi dan kebhinekaan. Padahal Pancasila sebagai sebuah kesatuan sudah menjaga kita dari benturan sesama anak bangsa,” kata mantan anggota DPR ini.
Dia menilai kondisi bangsa yang karut marut akhir-akhir ini akibat mulai lunturnya pemahaman dan pengamalan Pancasila, terutama di kalangan generasi muda. Karena itu dia sangat mendukung upaya pemerintah kembali mengaktualisasikan kembali Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa.
“Jadi sebetulnya harus kita upayakan untuk memperbaiki keadaan hari ini adalah membangkitkan kembali persatuan Indonesia dan musyawarah mufakat,” katanya.