Puluhan emak-emak berdemo di depan Istana Negara.

Beritainternusa.com, Jakarta – Massa yang mengaku dari emak-emak Jakarta menggelar aksi menuntut turunkan harga sembako di depan Istana Negara, Jakarta Pusat. Massa membawa peralatan dapur dalam aksi itu.

Massa mulai berkumpul di seberang Istana Negara, tepatnya di Taman Pandang, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, mulai pukul 09.00 WIB. Sambil membawa alat masak berupa penggorengan serta tulisan-tulisan tuntutan, ibu-ibu itu meminta Presiden Joko Widodo menurunkan harga sembako.

“Aksinya dari kita emak-emak karena emak-emak merasa sekarang ini keadaan ekonomi sangat-sangat menderita, semua pada naik apa karena BBM pada naik atau semuanya pada naik kita nggak ngerti,” kata korlap aksi Fifi Nurwanto kepada wartawan di lokasi.

Fifi mengatakan estimasi massa yang akan menggelar aksi berjumlah 200 orang. Emak-emak itu sebagian besar dikatakannya berasal dari Jakarta dan memang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.

“Emak-emak yang ngerasa karena sekarang telur naik. Telur naik apa masalahnya, nah ini dari Rp 21 ribu sekarang Rp 35 ribu dan bahkan emak-emak saking mahalnya beli telur yang pecah. Kalau pecah kan kumannya banyak, banyak penyakit,” imbuhnya.

“(Tuntutannya) minta diturunkan (harga) gas, bensin, telur, beras, sembako, pokoknya urusan dapur,” kata Fifi.

Massa memulai aksi sekitar pukul 10.00 WIB. Massa saat ini bergantian berorasi.

Salah satu demonstran Ani dari kawasan Condet mengaku menuntut penurunan harga pangan karena sudah tidak bisa lagi menahan gejolak harga kebutuhan hidup di Jakarta. Ia menceritakan kesulitannya untuk menahan kebutuhan pokok yang terus naik sementara gaji suami tidak naik.

“Sementara harga pada naik hampir setiap bulan, tapi gaji naiknya cuma tiap tahun dan sedikit,” kata dia kepada wartawan, di sela sela aksi demo, di depan Gedung Istana Merdeka, Rabu (18/8/2018).

“Ya coba bayangkan saja kalau gaji UMR untuk sendiri saja gimana? Apa bisa penuhi kebutuhan hidup? Apalagi kami yang punya buntut. Belum harga beras naik, telur naik, daging ayam naik, minyak naik sampai tempe tahu ukuranya kecil, kita mau makan apa lagi,” sambungnya.

Ia menjelaskan ia memiliki tiga anak dan satu-satunga sumber pendapatan yaitu dari suami. Segala kebutuhan hidup seperti makan, pendidikan sampai biaya sewa rumah begitu menekan ibu-ibu rumah tangga yang mengatur skema keuangan konsumsi satu keluarga.

“Ya gini misalnya gaji UMR, kemudian beban hidupnya ada tiga anak yang sekolah mana cukup. Ditambah berbagai harga saat ini terus menjadi mahal sementara gaji stagnan,” kata dia.

Ia menjelaskan, Ana sering kali berdebat dengan suami mengenai ketidak cukupan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. Untuk menambal kebutuhan sana- sini akhirnya Ana harus bekerja serabutan.

“Akhirnya ya saya bantu cari uang meski nggak seberapa, cukup lah buat tambah tambah beli bawang merah, meski bawang merah juga mahal,” kata dia.

Dalam orasi, emak emak ini menyinggung soal kondisi keluarga yang kerap kali berdebat dengan suami mengenai masalah kebutuhan rumah tangga yang kurang akibat kanaikan harga kebutuhan hidup.

“Terutama mengenai harga telur yang saat tinggi. Dengarkan kami jangan seenaknya memberikan kebijakan,” kata dia.

Sebagai informasi saat ini beberapa bahan makanan tengah mengalami kenaikan. Salah satunya bawang merah dan telur. Namun belakangan harga telur melonjak tajam harganya mencapai harga Rp 29.000/kg naik dari harga normal yaitu Rp 22.000/kg.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here