Suasana Kelurahan Cipinang Besar Utara.

 

Beritainternusa.com, Jakarta – Kinerja lurah-lurah Ibu Kota sedang disorot DPRD DKI. Seorang warga menuturkan repotnya mengurus administrasi di Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur.

Seorang warga bernama Restu mengisahkan pengalamannya saat mengurus surat pindah di kelurahan tersebut pada Senin (9/7) lalu. Betapa kagetnya ia ketika datang melihat antrean di kelurahan begitu membludak.

Ketika hendak mengambil antrean, ternyata Restu sudah kehabisan nomor. Padahal dia merasa datang cukup pagi, sekitar pukul 10.00 WIB. Berusaha untuk meminta perhatian petugas sangatlah sulit, dengan begitu banyaknya warga mengelilingi meja pelayanan.

“Emang kelurahan nggak bisa anggarin minimal Toa, jadi bisa tunggu di luar atau gimana. Dipanggil kedengeran, nggak numpuk gitu. Jadinya orang mau baca-baca info juga susah di sign system yang mereka tempel bejibun di ruangan,” ucap Restu membagikan kisahnya kepada wartawan Selasa (17/7/2017).

Akhirnya setelah beberapa waktu, baru Restu mengetahui ‘jatah’ antrean hari itu sudah habis sejak jauh hari. Pasalnya Kelurahan Cipinang Besar Utara (Cibesut) memberlakukan sistem antrean untuk beberapa waktu ke depan.

“Jadi saya suruh ambil nomor antrean untuk jatah antrean untuk slot yang tersedia. Saya dapat akhirnya untuk hari Kamis (12/7),” tuturnya.

Restu tak habis pikir dengan sistem semacam itu. Sebab, menurutnya, di kelurahan-kelurahan lain, antrean diberlakukan hanya untuk hari itu juga.

“Kayak urusan kita cuma ini aja. Saya ngobrol sama ibu-ibu, masak dia daftar antrean dari hari Kamis sebelumnya. Selasa minggu depannya baru dapat antrean. Gila banget,” kata Restu.

Kemudian Restu kembali datang sesuai slot antreannya yakni pada Kamis (12/7). Dia datang sudah sejak pukul 06.30 WIB, berniat agar bisa cepat karena ada urusan lainnya.

“Tapi petugasnya belum datang. Orang sudah ramai di kelurahan. Jam 08.00 WIB kurang 5, petugas baru siap-siap,” kisah Restu.

Karena mendapat nomor antrean 60-an ke atas, Restu memutuskan untuk pergi dulu. Siangnya, Restu baru datang kembali.

“Saya mending urus kerjaan saya dulu aja daripada nunggu gitu. Tapi saya nggak tega, ada banyak bapak-bapak tua, nenek-nenek, ibu-ibu yang bawa anak kecil. Mereka harus bolak balik karena sistemnya kayak gitu. Umpek-umpekan di ruangan. Kasihan,” terangnya.

Ketika mengurus, surat pindah Restu juga tak langsung jadi. Dia harus menunggu beberapa hari lagi untuk mendapatkan tanda tangan lurah.

“Lurahnya nggak ada. Saya bolak balik ke situ nggak pernah lihat lurahnya ada. Banyak juga kemarin yang ngeluh gitu, nyariin lurahnya,” papar Restu.

Bukan cuma itu saja yang dikeluhkan Restu. Parkiran di kelurahan Cibesut kini juga berbayar.

“Parkirnya juga nyebelin. Saya tanya ’emang sekarang parkir bayar pak?’ Jawabnya ‘situ mau bayar parkir sekarang apa ntar?’. Dulu zaman Ahok gratis parkirnya. Nggak bisa kerja lurahnya tuh, fasilitasnya nggak dipantau dan diperbaiki,” tutup Restu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here