Gunung Agung Meletus, 2 Juli 2018

 

Beritainternusa.com, Jakarta – Gunung Agung sudah dua kali meletus sejak malam hingga dini hari ini. Masyarakat diimbau untuk mewaspadai bahaya aliran lahar di sungai-sungai sekitar Gunung.

“Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak,” demikian keterangan pers Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Selasa (3/7/2018).

“Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung,” lanjut PVMBG.

Erupsi Senin (2/7) tadi malam terjadi pukul 21.04 Wita. Erupsi terakhir terjadi pada dini hari ini pukul 04.13 Wita. Saat ini Gunung Agung berada pada Status Level III (Siaga).

Sebelumnya Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan masyarakat setempat telah melakukan evakuasi secara mandiri. Mereka turun ke desa-desa yang aman. Masyarakat yang melakukan evakuasi dihimbau tidak keluar dari wilayah Kabupaten Karangasem tetapi cukup berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) II agar memudahkan penanganan pengungsi.

Para pengungsi berada di lapangan Desa Rendang, Karangasem, Bali, sejak Senin (2/7/2018) malam. Satu di antara mereka, Komang Megawati, warga Telung Buana, menceritakan apa yang telah dia saksikan saat pukul 21.04 WITA tadi malam, saat Gunung Agung erupsi.

Letusan gunung menghasilkan suara ledakan yang terdengar sangat keras. Ledakan juga disertai lontaran batu pijar alias lava. Hal inilah yang membuat dirinya bersama warga lain semakin panik.

“Kalau suaranya sangat keras, kayak petir gitu, terus ada apinya juga,” kata Komang Megawati.

Kemudian Komang Megawati memutuskan untuk mencari selamat. “Pokoknya tadi sudah tidak mikir apa-apa, takut, panik, pokoknya ingin lari aja,” tuturnya.

Semetara Komang Merta warga lainya mengaku kepanikan juga ia alami pada Senin malam. Ia tak mengira akan terjadi erupsi dan muncul lava pijar. Pasalnya, dia menambahkan, meski kerap mengeluarkan asap beberapa kali namun ia merasa kali ini bisa lebih tenang menghadapi kondisi dibanding pada saat terjadi erupsi 27 Juni lalu.

“Nggak ngira aja kalau begitu (melontarkan lava pijar) kan sorenya ngeluarin asap tapi dikit-dikit,” urainya.

Sebelumnya PVMBG melaporkan bahwa telah terjadi erupsi Gunung Agung, Bali pada pukul 21:04 WITa dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 2.000 meter di atas puncak. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi ± 7 menit 21 detik.

Erupsi terjadi secara Strombolian dengan suara dentuman. Erupsi bersifat eksplosif melontarkan batu pijar karena ada tekanan dari dalam kawah. Sifat magma yang lebih cair dibandingkan letusan tahun lalu juga menyebabkan mudahnya terjadi lontaran batu pijar.

Lontaran lava pijar teramati keluar kawah mencapai jarak 2 km. Hutan di sekitar puncak kawah Gunung Agung terbakar sehingga api menyala cukup besar di beberapa bagian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here