Beritainternusa.com, Palangka Raya – Diskusi ini mengalir santai. Sesantai-santainya. Bahkan, sebelum diskusi dimulai kami sudah menikmati kue dalam kotak lengkap dengan teh kotak pula. Memang kegiatan telat dimulai karena sibuknya panitia dengan kegiatan lain yang tampaknya bersamaan. Jadi kegiatan yang mestinya dimulai pukul 09.00 termundurkan menjadi lewat pukul 10.00. Tak apalah, mungkin ini bagian dari anugerah agar kami bisa bersilaturahmi dengan para sahabat dari komunitas literasi, media massa, dan sekolah di Kota Palangka Raya.
Kegiatan di aula Balai Bahasa Kalimantan Tengah, Rabu, 11 April 2018 ini adalah Diskusi untuk memvalidasi data kajian dan mengevaluasi kegiatan gerakan literasi yang dilaksanakan Balai Bahasa ini. Tim peneliti dari Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, yakni Agus Danar Hadi dan Nur Weny Sapta P. hadir langsung untuk membahas tentang Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang telah berlangsung.

“Ini merupakan bagian untuk melihat langkah yang sudah kita lakukan dan akan kita lanjutkan dalam penguatan kegiatan literasi di Palangka Raya. Kita yakin bahwa langkah konkret sudah lama kita lakukan. Sebenarnya jauh sebelum gerakan literasi ini menjadi populer pun kita sudah berliterasi, bahkan menjadi bagian langsung dari kegiatan itu. Sebelumnya kita sudah terlibat dalam kegiatan, seperti Gemar Membaca dan Rajin Menulis (Gemarame) dan Bengkel Sastra yang juga sudah pasti termasuk bagian dari upaya menumbuhkan dan menguatkan gerakan literasi,” kata Agus di hadapan para peserta diskusi.
“Sebagai individu dan sebagai anggota komunitas pecinta bahasa dan sastra, tentu kita mengakui bahwa bahasa merupakan aspek penentu peradaban bangsa-bangsa di dunia. Melalui berbagai sumber dapat kita ketahui bahwa sejak dulu negeri-negeri yang peradabannya berkembang pesat adalah negeri-negeri yang rakyatnya sangat bangga dan mencintai bahasanya.”
“Kini literasi tidak sebatas hanya urusan baca dan tulis. Kepesatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan derasnya arus infomasi di media sosial turut mewarnai perkembangan. Dimensi literasi tidak hanya pada literasi baca dan tulis, tetapi juga pada literasi numerasi, digital, sains, dan sosial budaya. Ini berarti literasi mengajak kita semua bukan hanya meningkatkan budaya baca tulis, tetapi juga meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analisis dan kreatif. Akhirnya kompetensi berliterasi yang merambah ke berbagai bidang ini diyakini akan menggiring kita menjadi manusia yang literat dengan tetap beridentitas Indonesia,” katanya dalam diskusi yang dihadir berbagai komunitas, seperti Rumah Baca Bahijau, Payung Literasi, Perpustakaan Keliling, dan Sanggar Terapung.

Diskusi bergayut menjelang siang. Beberapa peserta mengemukakan permasalah yang dihadapi dalam upaya menguatkan gerakan literasi ini.
“Komunitas literasi di Palangka Raya sudah berkiprah untuk terus menggiatkan literasi. Kerja sama dengan berbagai pihak, seperti Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah serta sekolah-sekolah terus dilakukan dengan tetap menggelorakan semangat dan keceriaan tanpa pamrih. Namun, untuk lebih menggairahkan semangat berliterasi dalam berbagai kegiatan atau pertemuan, tampaknya sangat diperlukan fasilitas pendukung, seperti konsumsi untuk peserta kegiatan. Oleh karena itu, bantuan dari pihak Balai Bahasa atau dari pihak mana pun untuk kegiatan komunitas akan diterima dengan tangan terbuka,” begitu simpulan curahan pendapat peserta diskusi.
“Kami sangat salut kepada pegiat literasi dari berbagai komunitas yang anggotanya dari beragam status dan profesi, seperti pendidik, seniman, mahasiswa, siswa, karyawan, dan Satpol PP. Memang Gerakan Literasi Nasional sangat terbuka untuk siapa pun yang peduli terhadap peningkatan kualitas karakter anak bangsa. Kita mesti sadar bahwa gerakan literasi pada bangsa yang besar ini harus turus ditingkatkan. Di negeri lain berliterasi sudah menjadi kebiasaan, sementara di negeri kita masih sangat menunggu kiprah nyata kita. Mari terus kuatkan literasi tanpa memandang beragam perbedaan,” tutur Agus memberikan apresiasi.
Diskusi berlanjut dilengkapi dengan pengisian kuesioner Kegiatan Kajian Gerakan Literasi Nasional. Pengisian data secara jujur dan apa adanya diharapkan menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam pelaksanaan GLN selanjutnya.
Sebelumnya, Kepala Balai Bahasa Kalimantan Tengah, Drs. Haruddin, M.Hum., menyampaikan pesan agar para pegiat literasi di Palangka Raya, dan Kalimantan Tengah pada umumnya untuk terus bergiat tanpa pamrih dan terus berkiprah sebagai bagian dari upaya memajukan bahasa dan sastra Indonesia.
“Apa pun namanya komunitas literasi yang telah bergerak dan berjalan akan didukung. Balai Bahasa akan memberikan dukungan. Salah satu dukungan itu di antaranya yang sudah dan terus akan dilaksanakan adalah melalui bimbingan teknis penulisan buku, penerbitan, dan pendistribusian buku-buku bacaan ke komunitas-komunitas dan sekolah-sekolah di Kalimantan Tengah,” katanya menguatkan.